Pixel Codejatimnow.com

Harga Kapas Dunia Melambung, Perajin Tenun Ikat Kediri Naikkan Harga Jual

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Yanuar Dedy
Aktivitas perajin tenun ikat Bandar Kidul.(Foto : Yanuar Dedy/Jatimnow.com)
Aktivitas perajin tenun ikat Bandar Kidul.(Foto : Yanuar Dedy/Jatimnow.com)

Kediri - Tingginya harga kapas dunia memicu kenaikan harga benang beberapa bulan terakhir. Hal ini menuntut para perajin kain Tenun Ikat di Kota Kediri untuk meningkatkan harga jual produknya.

Salah satu perajin tenun ikat di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Siti Ruqoyah mengatakan, kenaikan harga benang mencapai 30 persen. Kenaikan itu terjadi mulai dari Januari hingga awal Juli 2022. Sebelum adanya kenaikan, harga benang per 5 kilogram dibeli seharga Rp780 ribu. Namun kini harga benang sudah mencapai Rp1 juta per 5 kg.

“Jadi harga tenun ikut saya naikkan untuk menutup angka kenaikan pembelian benang tadi," kata Ruqoyah, Selasa (2/8/2022).

Baca juga:
ASBWI Rayakan AFC Women's Football Day 2024 di Kediri, Cari Bibit Pesepakbola Wanita

Saat ini pemegang merk Medali Mas itu menaikkan harga jual produk tenun ikatnya dari Rp180 ribu per potong menjadi Rp200 ribu per potong ukuran 2,5 meter. Mesti demikian, Ruqoyah tetap bersyukur karena hal ini tidak mempengaruhi jumlah permintaan terhadap tenun ikat produksinya. Sebab wastra khas Kota Kediri memiliki segmen pangsa pasar tersendiri.

"Kenaikan harga dinilai masih terjangkau, bila dibandingkan produksi pabrikan. Sejauh ini justru angka permintaan yang masuk tak pernah berhenti atau selalu ada. Bahkan kami justru terkadang harus menolak pesanan karena orderan yang masuk telah banyak," pungkasnya.

Baca juga:
BPBD Ajak Pegiat Lingkungan di Kediri Perkaya Vegetasi di Kawasan Klotok

Tenun ikat merupakan kain khas Kota Kediri dan berkembang sejak 1950-an oleh etnis Tionghoa. Baru pada 1966, masyarakat sekitar memproduksinya sendiri. Hingga saat ini para perajin di Kampung Tenun Ikat Bandar Kidul masih lestari dan tetap menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Sempat mengalami pasang surut di tahun 1984-1985, kain tenun ikat Bandar Kidul terus berkembang hingga sekarang.