Pixel Code jatimnow.com

Batik Ecoprint Karya Siswa SMPN 1 Badegan Jadi Seragam Kebanggaan

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Mita Kusuma
Proses pembuatan ecoprint oleh para siswa SMPN 1 Badegan. (Foto: Mitas Kusuma/jatimnow.com)
Proses pembuatan ecoprint oleh para siswa SMPN 1 Badegan. (Foto: Mitas Kusuma/jatimnow.com)

jatimnow.com - Puluhan siswa kelas VII SMPN 1 Badegan Ponorogo terlihat sibuk. Mereka sedang membuat batik ecoprint. Ada yang mencari dedaunan di sekitar lingkungan sekolah. Ada pula yang menyiapkan bahan pewarnanya.

Setelah semua siap, sehelai kain katun kemudian direbus selama kurang lebih 30 menit. Lalu diperas, kemudian dikibas-kibaskan. Kain putih polos itu diletakkan di lantai yang beralaskan plastik hitam.

Kemudian kain itu polos itu di atasnya diberikan dedaunan. Tujuannya membuat motif alami ecoprint. Selepas itu, diberi dengan pewarna. Lagi-lagi pewarnanya alami.

Bahan yang dipilih adalah pewarna dari serbuk kunyit. Setelah dirasa selesai mewarnai, kembali dilapisi kain putih yang telah direbus. Diinjak-injak, digulung dan dikukus kurang lebih 2 jam. Kemudian diangin-anginkan selama 5 hari.

Rupanya, produk kain ecoprint ini tidak hanya satu kali saja dibuat. Siswa-siswa di SMPN 1 Badegan telah memproduksi batik ecoprint berulang kali.

Buktinya, puluhan batik dengan dengan motif daun-daunan dan bunga sudah diproduksi oleh siswa-siswi sekolah yang berada ujung barat Kabupaten Ponorogo ini.

"Membuatnya memang harus bersama-sama, saling membantu setiap tahapan pembuatan batik ecoprint. Yang dapat ditarik adalah tentang gotong royong,” kata Afra Kalila Maharani, salah satu siswi kelas VII SMPN 1 Badegan, Rabu (23/11/2022).

Kalila berkisah bahwa pembuatan batik ecoprint lebih mudah dibanding dengan batik tulis. Pasalnya bahan pembuatannya mudah didapatkan di lingkungan sekitar.

Baca juga:
Tanah Longsor Tutup Akses Jalan Madiun ke Telaga Ngebel Ponorogo

Dia mengaku daun-daun dari pepohonan di sekitarnya bisa digunakan untuk motif. Hanya saja tidak semua daun. Daun yang bisa adalah daun yang memiliki getah. Contohnya adalah, daun mete, pepaya dan daun jati.

Kepala SMPN 1 Badegan, Prasetyo Suko Widodo menunjukkan kain ecoprint. (Foto: Mitas Kusuma/jatimnow.com)Kepala SMPN 1 Badegan, Prasetyo Suko Widodo menunjukkan kain ecoprint. (Foto: Mitas Kusuma/jatimnow.com)

Selain itu, juga ada bahan pendukung, untuk pewarnaan bisa menggunakan kunyit dan bumbu dapur lainnya. Bahan pendukung lainnya, ada tawas, kapur, dan tunjung.

Sementara itu, Kepala SMPN 1 Badegan, Prasetyo Suko Widodo mengaku ide awal pembuatan batik ecoprint tidak serta merta. Ini adalah penguatan profil pelajar Pancasila. Dimana itu bisa menunjang pendidikan di sekolah tentang pengenalan lingkungan alam sebagai metode Kurikulum Merdeka Belajar.

Baca juga:
Ponorogo Diguyur Hujan Deras, Pohon Beringin Tumbang

Menurutnya, dipilihnya batik ecoprint karena ramah lingkungan. Selain itu bahannya juga bisa didapatkan di lingkungan sekolah. Bahkan di SMPN 1 Badegan ada taman ecoprint Sehingga siswa tidak perlu ke luar untuk mencari bahan.

“Semuanya ramah lingkungan. Itu pembelajaran mencintai lingkungan. Coraknya juga berbeda-beda,” bebernya

Dengan pembuatan batik ecoprint ini, siswa akan mendapatkan pembelajaran tentang gotong-royong dan kreativitas. Kemudian skill yang didapatkan, bisa membuat siswa itu mandiri. Setelah lulus bisa berwirausaha, mereka bisa memanfaatkan ilmunya ini untuk memproduksi sendiri batik ecoprint.

"Batik ecoprint ini kita kembangkan di sekolah kita. Bahkan batik ecoprint hasil karya anak-anak dijadikan seragam sekolah. Dipakai siswa-siswi setiap hari Sabtu," pungkasnya.