Pixel Code jatimnow.com

Berawal dari Mesin Jahit Pinjaman, Tas Yeni Kini Merambah Pasar Dunia

Editor : Arif Ardianto   Reporter : Mita Kusuma
Baiq Yeni pamerkan tas relseting hasil produknya di rumahnya Jalan Kumbokarno, Kelurahan Surodikraman, Ponorogo/Foto: Mita Kusuma
Baiq Yeni pamerkan tas relseting hasil produknya di rumahnya Jalan Kumbokarno, Kelurahan Surodikraman, Ponorogo/Foto: Mita Kusuma

jatimnow.com - Teras rumah Baiq Yeni di Jalan Kumbokarno, Kelurahan Surodikraman, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo sekilas terlihat tas berwarna-warni. Bentuknya pun bermacam-macam, ada yang berbentuk dompet, tas untuk ke pesta, tas laptop, tempat pensil hingga ransel.

Jika dilihat lebih dekat, deretan tas ini tampak istimewa. Pasalnya, tas itu terbuat dari resleting yang jarang sekali ditemukan di pasaran. Namun, bagi Yeni hal itu sudah biasa, karena dia menekuni pekerjaan ini selama empat tahun.

Bahkan, ketika jatimnow.com mengunjungi rumahnya, Yeni tidak bekerja sendirian. Ia sudah dibantu oleh dua karyawannya.

Saat itu, Yeni terlihat membuat hiasan bunga dari resleting yang akan ditempel di produknya. Satu pekerja sedang sibuk menggabungkan resleting yang berbeda warna.

Sesekali Yeni membenahi hasil kerja karyawannya itu. Ia membuka kembali resleting yang telah digabungkan karena bentuknya tidak bisa lurus. Itu artinya resleting yang digabungkan itu bukan dengan pasangannya.

Seorang pekerja lain tampak sedang sibuk memotong resleting yang panjangnya mencapai puluhan meter. Ia memotong sesuai dengan ukuran tas yang akan dibuat.

Di tengah kesibukan mereka, suara deru mesin jahit terdengar nyaring. Rupanya Ruri Suparwanto, suami Yeni sedang sibuk menjahit tas produk andalannya itu.

Ia berada di teras sebelah timur meng-handle pekerjaan dan berurusan dengan jahit-menjahit. Di belakang Suparwanto, bertumpukan tas hasil produksi tas resleting yang siap dikirim ke Sudan dan Afrika. 

"Ya dulu melihat ada tas saudara. Di tas tersebut ada tiga resleting berjajar. Saya kepikiran untuk membuatnya jika semua diubah dari bahan resleting," kata Yeni membuka perbincangan dengan jatimnow.com, Sabtu (4/8/2018).

Hingga akhirnya, dia membeli resleting meteran dan memulai membuat tas kecil. Bahkan, ia pun sudah tiga kali mencoba-coba membuat tas itu.

Sedangkan mesin jahit untuk menjahit tas-tas itu masih meminjam kepada tetangganya. "Semua otodidak. Mesin jahit juga pinjam tetangga. Alhamdulillah tetangga tidak keberatan," terang wanita asli Lombok NTB ini.

Dari otodidak tersebut, dia akhirnya bisa menghasilkan sebuah karya. Ia pun berusaha memasarkannya ke berbagai tempat. Tak disangka-sangka, akhirnya karya itu banyak yang pesan.

"Akhirnya ada yang pesan dan saya pun melayaninya. Hingga akhirnya bertahan dengan mesin jahit pinjaman," kenangnya.

Baca juga:
Penjual Makrame asal Banyuwangi Raup Omzet Ratusan Juta Per Bulan

Karena pesanan semakin menumpuk, maka sekitar tiga bulan, Yeni sudah bisa membeli 3 mesin jahit baru untuk menunjang hasil karyanya.

Tidak hanya mampu membeli mesin jahit sendiri, saat ini ia mempekerjakan dua karyawan untuk memenuhi permintaan pasar.

Sementara pemasaran produk ia serahkan kepada ratusan reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Mulai kota-kota besar di Jawa seperti Surabaya, Malang, Kediri, Jogjakarta, Semarang, Jakarta, hingga Sumbawa, Bali, Lombok, Sumatera, dan Kalimantan. 

Selain itu, ia juga aktif mengikuti berbagai pameran di kota-kota besar. Harga yang ia patok bervariasi sesuai dengan tingkat kerumitan dan detail ukuran. Mulai harga Rp 30-500 ribu.

Menurutnya, dari aktif mengikuti pameran, karyanya bisa merambah dunia internasional. "Bulan lalu kan saya ikut pameran di Unida. Saat acara internasional itu, Rektor dari universitas luar negeri melirik tas saya," terangnya.

Akhirnya, beberapa tas diboyong ke Sudan dan Afrika. "Katanya mau lanjut kerjasama. Semoga jadi," harapnya.

Dari hasil kreatifnya dia sanggup meraup omset hingga Rp 4 juta per hari. ‘’Itu pas ramai pesanan seperti bulan-bulan ini. Biasanya pas libur sekolah dan musim hajatan ya sepi,’’ pungkasnya.

Baca juga:
Trend Penganiayaan Pesilat di Tulungagung Meningkat Tiap Tahun, Ini Penyebabnya

 

Reporter: Mita Kusuma

Editor: Arif Ardianto