Pixel Codejatimnow.com

50 Persen Penduduk Dunia Diprediksi Bakal Gunakan Kacamata di Era Digital

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Farizal Tito
Stadium generale yang digelar Fakultas Kedokteran Unusa (Foto: Kaesar for jatimnow.com)
Stadium generale yang digelar Fakultas Kedokteran Unusa (Foto: Kaesar for jatimnow.com)

jatimnow.com - 50 persen penduduk dunia diprediksi akan menggunakan kacamata di era digital.

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 2014 hingga 2019 Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek saat menjadi narasumber dalam stadium generale yang digelar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Jumat (13/1/2022).

"Era digital menjadikan banyak penduduk dunia akan banyak menggunakan kacamata. Saya bukan tidak suka dengan digital, saya suka era digital karena semua serba cepat, namun tetap harus diatasi dengan baik dengan koreksi pengkacamataan," ungkap Nila.

Dalam kuliah umum bertema eyes health lifestyle for geb z in digital era itu, Nila menyebut bahwa angka itu disokong penggunaan alat digital seperti handphone (HP), komputer dan lainnya membuat mata akan mudah lelah.

"Kita harus menjaga kesehatan mata dengan pemeriksaan mata sehingga bisa mengubah kacamata jika mengalami perubahan," ujarnya.

Nila menyebut ada beberapa teknik mengatasi mata lelah dengan teknik 20-20-20. Di mana 20 menit yang dihabiskan untuk menatap layar, sehingga Anda harus mengistirahatkan mata dengan melihat benda yang berjarak 20 kaki atau 6 meter selama 20 detik.

"Kita harus melihat jauh untuk mata lepas melihat benda yang jauh, jadi kita harus mengistirahatkan mata kita," bebernya.

Nila menjelaskan, kesehatan mata saat ini tengah dilirik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), karena kesehatan mata sangat penting untuk pencapaian SDGs yang merupakan menurunkan angka kemiskinan di dunia.

Baca juga:
Tantangan Baru Penari di Era Digital, Media Sosial jadi Sarana Hadirkan Karya

"Kita akui pendidikan memerlukan pengelihatan, pekerjaan memerlukan pengelihatan, bahkan lansia pun juga memerlukan pengelihatan karena mereka harus tetap bersosialisasi," jelasnya.

Nila menambahkan, pada data riskesda Tahun 2013, sebanyak 6,9 persen kasus diabetes sedangkan Tahun 2018 kasus diabetes mengalami peningkatan menjadi 8,5 persen.

"Indonesia menjadi negara yang tinggi dalam diabetesnya, apa sih hubungannya dengan mata, dimana diabetes ini akan merusak retina karena pendarahan didalam retina, apa bisa disembuhkan jawabnya tidak bisa dan menjadi buta permanen sehingga bukan seperti katarak," ungkapnya.

Sehingga perlu adanya pencegahan diabetes meningkat lantaran Indonesia tidak ingin banyak masyarakat yang mengalami diabetes yang berdampak pada kebutaan.

Baca juga:
Program Inkubator, Sambut Tantangan Koperasi di Era Digital

"Di mana orang buta tidak bisa berdiri sendiri mereka memerlukan pendamping sehingga ada dua orang yang tidak berkerja berapa kerugian negara dalam hal ini, jadi betul memikirkan penyakit tidak menular tidak stanting," ungkap Nila.

Dalam acara itu, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) Prof Dr. Ir. Muhammad Nuh berterimakasih atas paparan ilmunya yang disampaikan Prof Nila Moeloek kepada mahasiswa Unusa.

"Saya ingin mahasiswa kita bisa mengetahui bagaimana kesehatan mata bagi generasi Z ditengah era digitalisasi seperti saat ini," ujar Muhammad Nuh.