Pixel Code jatimnow.com

Arti Jamuan Prabowo pada Khofifah, Pengamat: Kepentingan Dongkrak Popularitas

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Ni'am Kurniawan
Pengamat Politik dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) Sucahyo Tri Budiono (dok jatimnow.com)
Pengamat Politik dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) Sucahyo Tri Budiono (dok jatimnow.com)

jatimnow.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjamu makan malam Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di sebuah rumah makan di Kota Surabaya.

Pengamat Politik dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) Sucahyo Tri Budiono menilai, jamuan makan malam itu sebagai perjamuan politik.

"Kondisi saat ini, pertemuan elite bisa dimaknai pertemuan politik. Perjamuan makan malam itu juga mengandung atau dapat dimaknai perjamuan politik," ujar Sucahyo kepada jatimnow.com, Selasa (14/2/2023).

Dosen senior di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UWKS ini menerangkan kondisi saat ini, pertemuan elite dapat dimaknai sebagai pertemuan politik, termasuk perjamuan yang digelar Prabowo dengan Khofifah sebagai perjamuan politik.

"Karena tahun ini sebagai persiapan. Waktu satu tahun tidak lama bagi kondisi politik," ujarnya.

Berdasarkan hasil survei, Prabowo Subianto memiliki kans untuk maju sebagai calon presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sedangkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memiliki kans untuk maju sebagai calon wakil presiden (Cawapres).

"Prabowo layak atau memiliki kans menjadi Presiden RI. Sedangkan Khofifah juga punya kans untuk menjadi RI 2 (wakil presiden)," tuturnya.

Baca juga:
Terima DIPA dan TKD 2025, Pemprov Jatim Siap Maksimalkan Anggaran

Meskipun kedua tokoh ini di depan awak media tidak menyinggung perjamuan makan malam itu membahas Pilpres 2024, namun pertemuan itu juga memiliki efek positif bagi Prabowo maupun Khofifah.

Prabowo mencari panggung di Surabaya dan Jawa Timur bertemu Khofifah akan dapat meningkatkan popularitasnya. Sedangkan sebaliknya, Khofifah bertemu Prabowo juga dapat meningkatkan popularitasnya.

"Masing-masing individu punya kepentingan untuk saling mendongkrak popularitasnya. Pakaha nanti bisa join atau berpasangan di Pilpres 2024, jawabannya bisa iya dan juga bisa tidak. Tapi semua itu masih menjalani proses dan melihat perkembangan politik, karena Gerindra tidak bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendirian, perlu koalisi dengan partai politik lainnya," tuturnya.

Mantan Dekan FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini menambahkan, Prabowo maupun Khofifah tidak mengeluarkan statemen tentang pilpres usai jamuan makan malam itu kepada awak media, karena ada berbagai pertimbangan.

Baca juga:
UMK Surabaya 2025 Naik jadi Rp5 Juta?

Diantaranya, keduanya tidak ingin pergerakan politiknya dibaca lawan-lawan politiknya, maupun menjadi sasaran tembakan untuk menurunkan popularitas serta elektabilitas Prabowo maupun Khofifah.

Apalagi, Prabowo sebelumnya juga sudah berkomunikasi dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Bahkan, PKB juga siap berkoalisi dengan Gerindra untuk mengusung pasangan capres-cawapres, Prabowo-Cak Imin di Pilpres 2024.

"Pertemuan Prabowo dengan Khofifah itu artinya kondisi masih dinamis. Bisa saja nanti Prabowo dengan Cak Imin. Atau Prabowo dengan Khofifah. Juga bisa tidak berpasangan. Dan kondisi saat ini masih dalam penjajakan untuk menyamakan visi misi satu sama lain. Ibaratnya, sebelum orang menikah, terlebih dahulu melakukan pendekatan ke pasangannya. Sudah ada pendekatan, kemudian pacaran. Kadang sudah berpacaran saja, bisa putus dan tidak jadi berpasangan. Jadi kondisi saat ini masih dinamis," jelas Sucahyo.