jatimnow.com - Nama-nama wilayah yang ada di satu daerah bisa jadi cerminan atas apa yang ada dan dominan di daerah tersebut.
Melalui ilmu toponimi, para pegiat sejarah dapat menemukan atau menduga akan kemungkinan yang paling mendekati soal asal-usul nama satu daerah untuk menjadi penanda bahwa kawasan tersebut telah bernama.
Toponimi adalah bidang keilmuan dalam linguistik atau ilmu bahasa (gabungan dari ilmu dan bahasa) yang membahas tentang asal-usul penamaan nama tempat.
Ketua Komunitas Sidoarjo Masa Kuno, dr. Sudi Harjanto memaparkan, munculnya nama-nama desa di Kota Udang tentu tidak lepas dari pengaruh era Mataraman atau pasca-runtuhnya era Majapahit.
"Penamaan satu wilayah, biasanya ditentukan oleh beberapa hal. Di antaranya vegetasi yang dominan di situ apa, tokoh dominannya siapa, nama-nama kuno, atau bahkan berasal dari peristiwa," papar dr. Sudi, Jumat (17/2/2023).
Menurut dr Sudi, berdasarkan pada map atau peta zaman kolonial Belanda, nama-nama desa di Sidoarjo banyak dipengaruhi nama-nama tumbuhan seperti Pilang, Pejarakan dan lainnya.
Baca juga:
Hasil Toponimi, Pemotor Jungkir Balik, Terbakar Gara-gara Lilin Altar
"Ada sekitar 300 nama tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang dipakai sebagai nama daerah saat ini," terang dia.
Pria yang juga aktif sebagai dokter umum tersebut juga menjelaskan bahwa ada juga nama daerah yang muncul karena peristiwa, contohnya Surabaya.
Baca juga:
Jangan Asem, Nama Unik Salah Satu Dusun di Sidoarjo
"Tentunya tidak mudah mengungkap nama-nama dari satu daerah. Riset yang dilakukan berdasar dari banyak sumber, bisa berupa naskah perjanjian satu wilayah, peta yang dibuat Belanda atau bahkan berdasar pada kejadian yang terjadi saat itu," papar dr Sudi.
Soal nama-nama daerah yang unik seperti Bokongduwur, Bokongngisor, Durung Beduk dan Jangan Asem, dia menuturkan bahwa bisa jadi apa yang menjadi cerita tutur di masyarakat adalah benar. Namun bisa jadi ada yang perlu diluruskan.
"Nama Dusun Bokong dan Dusun Jangan Asem yang ada di Kecamatan Tarik dan Jabon, Sidoarjo hingga saat ini masih menjadi riset teman-teman pegiat sejarah. Namun yang perlu diketahui, dua nama dusun tersebut sudah ada di peta sejarah sejak Tahun 1800-an," pungkasnya.