Pixel Codejatimnow.com

Full Senyum Perajin Petulo Banyuwangi saat Ramadan

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Eko Purwanto
Proses pembuatan petulo di dapur milik Nur Hayati (Foto: Agus Winardi for jatimnow.com)
Proses pembuatan petulo di dapur milik Nur Hayati (Foto: Agus Winardi for jatimnow.com)

jatimnow.com - Petulo menjadi salah satu kudapan tradisional yang identik saat ramadan di Banyuwangi. Kudapan mirip putu mayang ini laris manis dicari pemburu takjil.

Lumer di mulut dan manis di lidah, menjadi alasan mengapa kudapan ini menempati hati para pecintanya. Ditambah kemunculannya yang diidentikkan dengan ramadan, semakin menambah rasa kangen untuk mencicipi.

Hal itu yang menjadi berkah bagi para perajin musiman kue petulo di Banyuwangi, salah satunya Nur Hayati (50).

Ibu asal Dusun Petahunan, Desa Jajag, Kecamatan Gambiran ini mengaku, sejak menjelang subuh, dia sudah menyiapkan seluruh bahan pembuat petulo. Mulai dari tepung beras, tepung tapioka, santan dan gula merah.

"Siap-siapin bahan sebelum subuh. Soalnya banyak yang pesen," ungkap Nur, Sabtu (1/4/2023).

Dalam sekali produksi, Nur menghabiskan 6 kilogram tepung beras. Jumlah itu meningkat hampir dua kali lipat dari hari biasa sebelum ramadan.

"Di hari biasa buatnya gak banyak. Hanya melayani tukang sayur keliling sama pedagang pasar," jelas dia.

Saking tingginya permintaan, Nur sampai merekrut saudaranya jadi asisten dapur produksi. Termasuk menggunakan tungku cadangan untuk bisa mengukus bahan adonan.

"Tambah tungku berbahan bakar kayu. Kalau gak gitu gak nutut waktunya. Pesenan banyak," tambahnya.

Baca juga:
Syiar Now: Menjadi Muttaqin Setelah Bulan Ramadhan Bersama Gus Syarif Hidayatulloh M. Pd.I, Sidoarjo

Enaknya kue petulo diiringi dengan harganya yang merakyat. Seporsinya, Nur hanya membanderol dengan harga Rp2 ribu.

"Alhamdulillah, gak perlu mahal yang penting lumintu. Toh, keuntungannya bisa saya rasakan tiap tahunnya," ujarnya.

Hal serupa dirasakan Istifalah (55), perajin kue petulo asal Lingkungan Kaliasin, Kelurahan Karangrejo. Sekali produksi, dia mampu memproduksi 40 kilogram adonan. Ramadan jadi alasan di balik besarnya produksi kue petulo miliknya.

Hasilnya, rupiah deras mengalir ke dalam kantong Istifalah.

"Satu bungkus kue petulo saya jual Rp7.500 per lembar dengan isi 15. Per hari bisa dapat Rp1,5 juta," bebernya.

Baca juga:
Antusias Warga Banyuwangi Rela Antri Panjang Demi Uang Baru

Kue petulo milik Istifalah ini banyak dipesan oleh tetangga. Untuk itu ia tak perlu repot lagi menjajakan kue tersebut.

Salah satu pembeli Nur Laila (42) mengungkapkan, setiap ramadan dirinya tak pernah absen membeli kue petulo untuk hidangan berbuka puasa.

Laila menyebut, kue petulo paling enak dimakan saat masih hangat dicampur dengan santan serta gula merah dan daun pandan.

"Kue petulo emang cocok dimakan jika masih hangat," tandasnya.