Pixel Codejatimnow.com

Cerita Pilu Damkar Lamongan, Kerap Dihujat Kambing Hitam Kebakaran

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Kabid Damkar, Satpol PP Lamongan Siswanto saat menunjukan perlatan yang dimilik anggotanya. (Foto : Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)
Kabid Damkar, Satpol PP Lamongan Siswanto saat menunjukan perlatan yang dimilik anggotanya. (Foto : Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)

jatimnow.com - Di balik sosok helm besar berjaket tebal sambil menenteng selang air melawan api, seorang petugas pemadam kebakaran rupanya menyimpan kisah kelam tersendiri.

Siapa sangka, di balik besarnya resiko maut yang dihadapi para personil damkar ini ternyata masih sering mendapat perlakuan kurang sopan dari masyarakat.

Hujatan hingga cemoohan kerap dilontarkan kepada personil kala datang melakukan tugasnya. Meski secara tersirat, hal itu tentu membuat hati para pasukan orange ini tersakiti.

Kabid Damkar, Satpol PP Lamongan, Siswanto menceritakan bila kecaman bagi pihaknya adalah makanan sehari-hari. Baginya, hal itu merupakan motivasi untuk terus melakukan aksi kemanusiaan.

"Sering, kadang ya disoraki katanya apinya sudah padam baru datang, ada lagi kalau apinya membesar kita yang disalahkan. Padahal kami juga bergerak sesuai info yang kami terima, kadang warga itu kalau nggak apinya besar banget baru menghubungi kita," ungkap Siswanto, Senin (21/8/2023).

Ya, mungkin dalam istilah pewayangan jawa Damkar ini seperti halnya tokoh "Bima" namun juga kerap dilihat sebagai tokoh "Sengkuni".

Baca juga:
Satpol PP Probolinggo Tertibkan Pedagang di Trotoar Pasar Semampir

Alih-alih bereaksi terhadap sikap kurang sopan tersebut, Siswanto meminta kepada para petugas Damkar agar mencoba membiasakan diri dengan cemoohan tersebut.

"Itu sudah biasa, omong-omongan seperti itu. Intinya jangan diambil hati, yang penting manfaatnya tetap bisa dirasakan masyarakat," ujarnya.

Obrolan singkat tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan, berapa upah seorang Damkar dengan banyaknya resiko yang ditanggungnya?

Baca juga:
2 Tempat Biliar di Sidoarjo Ditutup Paksa, Nekat Buka saat Ramadan

"Kalau gaji ya nggak banyak mas tapi alhamdulillah, kami ini ada 3 korwil dan 1 kantor utama ada 50 petugas dan semuanya masih berstatus pegawai Honorer," bebernya.

Meski berupah minim tentu tak berdampak pada layanannya. Misalnya soal peralatan, mereka sampai membuat sendiri alat-alat keselamatan bukan membeli.

"Seperti alat tangkap ular ini kreasi teman-teman, sepatu pemadam itu seadanya tidak yang tahan panas. Tapi perlahan kini mulai pengadaan barang," urainya.