Pixel Codejatimnow.com

Dipertahankan Ponorogo Upayakan Keseimbangan Harga dan Mutu Produksi Beras

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ahmad Fauzani
Petani di Ponorogo sedang melakukan tanam padi di sawah (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)
Petani di Ponorogo sedang melakukan tanam padi di sawah (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)

jatimnow.com - Harga beras di Ponorogo telah mengalami kenaikan yang cukup mencolok belakangan ini, mencapai kenaikan sebesar Rp 100 per hari.

Sementara Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) menyatakan bahwa produksi padi dalam jumlah besar telah meningkat.

Kepala Dipertahankan Ponorogo, Masun, menyampaikan bahwa produksi padi dalam kurun Januari hingga Juli 2022 mencapai angka 319 ribu ton.

“2023 ini dari Januari hingga Juli naik 2000 ton dari tahun sebelumnya. Penambahan produksi ini diiringi dengan peningkatan luas panen dari 52,6 hektar menjadi 54,4 hektar,” ujar Masun, Rabu (30/8/2023).

Dia mengklaim, walaupun saat ini musim kering (MK) tidak menjadikan produksi padi merosot. Dampak dari puncak kering yang terjadi pada September hingga awal Oktober biasanya akan dirasakan tiga bulan kemudian.

“Sejauh ini belum terjadi masalah kekeringan dalam tiga bulan terakhir,” kata Masun kepada jatimnow.com.

Baca juga:
Bupati Ponorogo Batalkan Uji Coba Jalan Searah di Segi 8 Emas, Sebabnya?

Dipertahankan telah mengambil tindakan antisipatif dengan mengikutsertakan daerah mereka dalam Gerakan Nasional Penanaman sebagai antisipasi terhadap fenomena El Nino, seperti yang diamanatkan oleh Kementerian Pertanian.

Masun juga menyoroti upaya mereka untuk menggenjot produksi padi dengan memaksimalkan lahan pertanian. Ada 3 ribu hektar lahan yang dipaksa ditanami padi dalam kurun 1 Agustus hingga 30 September, dan hasil panen dari upaya ini akan dinilai pada akhir tahun.

Ketika ditanya mengenai paradoks kenaikan harga beras walaupun produksi meningkat, Masun menjelaskan bahwa kualitas mutu beras musim kering cenderung lebih baik dibandingkan dengan musim hujan.

Baca juga:
Mitos Gunung Pegat Ponorogo, Calon Pengantin Ada yang Berani Melanggar?

“Kondisi ini berdampak pada harga yang lebih tinggi, karena ketersediaan beras di pasaran tidak sebanyak saat panen raya musim hujan,” pungkasnya.

Situasi harga beras yang naik di Ponorogo menjadi refleksi dinamika antara peningkatan produksi padi dan faktor-faktor lain seperti kualitas mutu dan ketersediaan di pasaran.

Dipertahankan terus berupaya untuk menjaga keseimbangan antara produksi dan harga beras demi menjaga ketahanan pangan di wilayah tersebut.