Pixel Code jatimnow.com

The Fed Tahan Suku Bunga, Pasar Kripto dan Bitcoin Diprediksi Seperti Ini

Editor : Endang Pergiwati  
Ilustrasi . (dok. jatimnow.com)
Ilustrasi . (dok. jatimnow.com)

jatimnow.com - The Fed tetap mempertahankan suku bunga acuan di Amerika Serikat tidak berubah pada 5,25-5,5% pada hari Kamis (21/9) dini hari. Reaksi Bitcoin (BTC) turun sedikit hampir 1% dan diperdagangkan hanya di atas US$ 27.000, meskipun masih cukup dekat dengan level tertinggi bulanan.

Langkah The Fed ini sudah sangat diperkirakan sebelumnya oleh pasar, dengan kemungkinan 99% jeda kenaikan suku bunga sudah terjadi, berdasarkan data dari FedWatch Tool CME Group.

Namun, pernyataan The Fed tetap berhati-hati terhadap masa depan inflasi, dan tidak ada jaminan bahwa kondisi inflasi akan menjadi lebih longgar.

Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, meskipun ada jeda, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan dalam pernyataan pasca-kebijakannya bahwa kenaikan suku bunga lagi pada akhir tahun ini masih mungkin terjadi, sehingga 'jeda' ini belum terlalu membahagiakan untuk para pelaku pasar kripto.

"Aksi harga BTC sempat mengalami kegelisahan ketika keputusan tersebut diambil, namun perlahan tetap stabil. Proyeksi tingkat suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama membebani aset-aset berisiko. Sehingga jeda yang diberikan oleh The Fed ini tidak terlalu membahagiakan bagi pelaku pasar, terlebih sesuai dengan proyeksi sebelumnya,” kata Fyqieh.

Di sisi lain, keputusan The Fed ini juga mendorong Indeks Dolar AS (DXY) berada di atas 105, mendekati level tertinggi dalam enam bulan, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 2 tahun bertahan di atas 5,1% dan mendekati level tertinggi dalam 22 tahun.

"Ini membuat tekanan bagi pasar kripto dan Bitcoin untuk melaju dalam jangka pendek," tambahnya.

Pengumuman kebijakan terbaru The Fed secara garis besar tampaknya tidak terlalu berdampak pada sentimen di pasar kripto dan Bitcoin.

Baca juga:
Trump Kembali jadi Presiden AS, Harga Bitcoin Melonjak ke Rekor Baru

Menurut Fyqieh, sikap The Fed saat ini menunjukkan suku bunga belum akan turun hingga Januari 2024. Secara eksternal dan makroekonomi, belum ada sentimen yg akan menggangu Bitcoin.

"Selanjutnya Bitcoin mungkin tidak akan mengalami kenaikan yang cepat dan signifikan dalam waktu dekat. Pergerakannya kemungkinan akan tetap lambat, dan likuiditas pasar mungkin akan menurun. Hal ini berarti bahwa altcoin masih memiliki peluang untuk tampil baik, terutama karena para investor mencari peluang investasi yang lebih menarik dalam kondisi suku bunga yang masih tinggi," jelas Fyqieh.

Dengan demikian, sementara kebijakan The Fed mungkin tidak menghancurkan pasar kripto dan Bitcoin, tetapi tetap ada ketidakpastian di masa depan, terutama terkait dengan pengetatan regulasi dampaknya pada aset kripto.

Para pelaku pasar akan tetap waspada dan memantau perkembangan ekonomi dan kebijakan regulasi lainnya untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam berinvestasi dalam kripto dan melihat persetujuan ETF Bitcoin yang diharapkan di AS pada kuartal mendatang, risiko harga BTC tetap cenderung ke atas.

Baca juga:
Ketika Kripto Terdampak Penutupan Judi Online di Indonesia

Dari sisi analisis teknikal, Bitcoin tampaknya kini terjebak di level support terkuatnya, berada di tengah kisaran US$27.000 sekitar Rp415 juta. BTC menembus di bawah EMA 50-day dan 200-day pada hari Kamis, mengirimkan sinyal harga bearish. Keputusan suku bunga Fed yang hawkish membebani selera pembeli terhadap aset-aset berisiko.

Penembusan di atas EMA 200-day dan 50-day akan mendukung pergerakan BTC ke level resistensi US$28.187 atau sekitar Rp433 juta. Namun, kegagalan untuk menembus di atas EMA akan menyebabkan level dukungan US$26.755 (Rp411 juta).

Selain sentimen investor terhadap The Fed, kabar terkait Mt. Gox, kasus SEC vs Ripple dan Coinbase, serta pembaruan ETF BTC spot juga perlu dipertimbangkan.