jatimnow.com - Harga Bitcoin (BTC) kembali naik hari Rabu (16/11), rebound dari koreksi sejak dua hari lalu yang mencapai kisaran US$ 34.500. BTC kini menargetkan harga untuk menutup minggu ini dengan target menembus level US$ 38.000 atau sekitar Rp591 juta.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, meskipun ada hambatan makro, harga Bitcoin diprediksi akan terus melonjak lebih tinggi.Terlebih, data inflasi dan penjualan ritel AS yang dirilis minggu ini sangat mendukung narasi bahwa siklus pengetatan The Fed telah berakhir dan siklus penurunan suku bunga akan segera terjadi.
Indeks harga konsumen (CPI) AS hanya 3,2% (YoY) di bulan Oktober, turun dari 3,7% di bulan September. Sementara, indeks harga produsen (PPI) untuk bulan Oktober hanya 1,3% (YoY), turun dari 2,2% pada bulan sebelumnya dan jauh di bawah perkiraan 1,9%. PPI Inti turun ke tingkat tahunan sebesar 2,4% dari 2,7%.
"Mendinginnya inflasi dapat mendukung Bitcoin dalam jangka pendek karena beberapa pelaku pasar mungkin bersedia mengambil lebih banyak risiko. Ketika inflasi turun, mata uang tradisional cenderung lebih stabil nilainya, yang dapat mengurangi daya tarik investasi dalam aset-aset seperti obligasi dan tabungan," kata Fyqieh.
Dalam situasi ini, tambahnya, beberapa investor mungkin mencari alternatif yang lebih potensial untuk pertumbuhan modal, dan Bitcoin dapat menjadi salah satu
pilihan.
Selain itu, dengan adanya ketidakpastian ekonomi yang sering terkait dengan inflasi yang tinggi, beberapa orang mungkin melihat Bitcoin sebagai bentuk "perlindungan" terhadap potensi depresiasi mata uang tradisional. Bitcoin dikenal karena sifatnya yang terdesentralisasi dan terbatas dalam pasokan, sehingga dianggap sebagai alat lindung nilai potensial terhadap fluktuasi nilai mata uang fiat.
Sementara itu, harapan akan persetujuan ETF Bitcoin spot di AS masih tetap tinggi, menjadi salah satu faktor yang menjaga semangat investor untuk terus mengakumulasi aset ini meskipun terjadi penurunan harga jangka pendek pada Bitcoin.
Sampai saat ini, SEC masih belum memberikan persetujuan untuk ETF Bitcoin spot tersebut. Jendela waktu untuk persetujuan ini masih berlangsung hingga tanggal 17 November, dan jika SEC memutuskan untuk melanjutkan kebijakan penundaan persetujuan ETF, jendela waktu tersebut akan diperpanjang hingga tanggal 10 Januari.
Baca juga:
Bitcoin Diprediksi Sulit Tembus US$ 66.000, Ini Alasannya
"Para investor merespons dengan melakukan entry secara bertahap ke dalam Bitcoin, didukung oleh kepercayaan pasar yang kuat dan minim koreksi. Harga Bitcoin berhasil meningkat dari US$ 34.000 (Rp 527 juta) menjadi US$ 38.000 (Rp 589 juta) dalam waktu singkat. Kepercayaan investor terhadap sentimen positif terkait ETF masih cenderung bullish," jelas Fyqieh.
Jangan Kuatir Kemahalan, Harga Bitcoin Sangat Fluktuatif
Beberapa investor mungkin bertanya apakah pembelian Bitcoin pada level harga saat ini terlalu mahal. Harga Bitcoin telah mengalami volatilitas yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir, dan saat ini berada pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada awal tahun 2023.
Namun, penting untuk diingat bahwa harga Bitcoin dapat sangat fluktuatif, dan pergerakannya tidak selalu mengikuti pola yang dapat diprediksi.
Baca juga:
Pertumbuhan Aset Kripto, Tren Positif di Tengah Fluktuasi Pasar
"Pastikan tujuan investasi. Jika ingin berinvestasi jangka panjang, maka membeli Bitcoin di level sekarang tidak terlalu mahal. BTC memiliki potensi untuk tumbuh secara signifikan dalam jangka panjang, sehingga masih bisa mendapatkan keuntungan yang besar," terang Fyqieh.
Untuk investasi jangka panjang pada Bitcoin dengan mempertimbangkan harga saat ini mungkin masuk akal, terutama jika dilihat sebagai peluang masuk pada level yang relatif rendah. Proyeksi potensial kenaikan hingga mencapai All-Time High (ATH) sekitar US$ 120.000-US$ 150.000 atau sektiar Rp1,8 miliar - Rp 2,3 miliar dalam siklus Bitcoin halving selanjutnya bisa menjadi faktor pendorong keputusan investasi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa siklus halving bukan jaminan pasti bahwa Bitcoin akan mencapai rekor ATH baru. Faktor-faktor seperti adopsi institusional, regulasi, perkembangan teknologi, dan sentimen pasar juga dapat memengaruhi pergerakan harga Bitcoin.
"Oleh karena itu, sebelum membuat keputusan investasi, disarankan untuk melakukan analisis menyeluruh dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi pasar kripto," pungkas Fyqieh.