Pixel Codejatimnow.com

Narasi Kekuasaan Dinasti Bulldog dalam pentas Teater Api Indonesia

Editor : Endang Pergiwati  
Pertunjukkan Dinati Bulldog oleh Teater Api. (Foto: Sahlul Fahmi/jatimnow.com)
Pertunjukkan Dinati Bulldog oleh Teater Api. (Foto: Sahlul Fahmi/jatimnow.com)

jatimnow.com - Dinasti tidak akan pernah mati karena runtuhnya abad kerajaan - kerajaan. Dia akan bermetamorfosis dan mewujud menjadi dinasti - dinasti baru pada industri - industri kapitalis, praktik - praktik kekuasaan negara dengan pemerintahannya yang konspiratif dan bar - bar.

Ini adalah potongan narasi dari pentas Teater Api Indonesia yang berjudul Dinasti Bulldog, digelar di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali Surabaya pada Rabu (22/11/2023).

Melalui instrumen batang-batang lidi, Dinasti Bulldog mengungkap masalah runtuhnya era kerajaan kelompok keluarga kerajaan yang berkuasa tunggal, berganti menjadi parlementer.

Namun di era industrialisasi dengan ekonomi kapitalisme melahirkan dinasti-dinasti baru yang melakukan penguasaan di bidang politik maupun ekonomi negara. Hingga saat ini.

Sutradara Teater Api Indonesia, Luhur Kayungga, menegaskan tidak mengarahkan penonton pada wacana politik dinasti.

"Kami tidak ingin memasuki arus besar politik, namun saat kami mengkaji ulang naskah Mesin Hamlet karya Heiner Muller, yang mengungkap runtuhnya era monarkhi atau kerajaan, hingga beralih ke era industrialisasi, dan persoalan-persoalan yang muncul kemudian, memunculkan pemikiran bahwa persoalan dinasti ini menjadi persoalan yang abadi," ucap Luhur, Rabu (22/11/2023).

"Namun ini bermetamorfosis menjadi bentuk-bentuk lain dalam dunia industri dan juga penyelenggaraan negara, meskipun dalam bentuk negara yang republik atau demokratis sekalipun," tambahnya.

Baca juga:
Mbah Guco Budayawan Kota Probolinggo Tutup Usia

Dalam konteks negeri ini pun tak berbeda, tambah Luhur, bagaimana mewacanakan terkait dinasti ini. Seberapa besar persoalan dinasti ini benar-benar menjadi persoalan di negeri ini, dengan kerusakan-kerusakan yang terjadi dalam demokrasi dan kemasyarakatan, menjadi pertanyaan yang perlu untuk dijawab masyarakat itu sendiri.

Sementara Ketua Teater Api Indonesia, M. Soleh, mengatakan, pentas Dinasti Bulldog ini adalah pentas pertama di usia Teater Api Indonesia ke 30.

"Teater Api indonesia sudah melewati usia 30 tahun. Kami berproses, berdiskusi, berlatih, bersinggungan dengan banyak wacana, menggelar puluhan pertunjukkan. Dan sekarang kami disini untuk kembali menampilkan pertunjukkan teater di Cak Durasim," ucap Soleh.

Di usia 30 tahun ini, teater yang lahir di Surabaya ini menemukan diri dalam konsep Teater Tubuh, yang menitikberatkan laku teater dalam bentuk eksplorasi tubuh.

Baca juga:
33 Event Wisata dan Budaya Bakal Digeber Disparbud Lamongan Tahun Ini, Apa Saja?

"Dalam konsep ini, kami kembali kepada tubuh. beriteraksi dengan alam, menyikapi semua persoalan, hingga mencipta sebuah gagasan, kami berangkat dari tubuh dan kembali ke tubuh," tuturnya.

Salah satu kebiasaan yang juga masih dilakukan adalah melakukan pentas keliling. Selama perjalanan 30 tahun ini, Soleh mengungkapkan, Teater Api sudah pernah menggelar pentas teater di berbagai kota, mulai Solo, Bandung, Makassar, Palu, Bali, Mataram.

"Akhir bulan November ini, setelah pentas di Cak Durasim Surabaya, kami akan menggelar pertunjukan di Geoks Arts Space Bali," pungkas Soleh.