Pixel Code jatimnow.com

Teater Api Indonesia Berbagi Pengalaman Misi Budaya di Wisma Jerman Surabaya

Editor : Zaki Zubaidi  
Direktur Wisma Jerman, Mike Neuber, sebagian anggota Teater Api Indonesia dan sebagian audien di Wisma Jerman. (Foto: Anjas for jatimnow.com)
Direktur Wisma Jerman, Mike Neuber, sebagian anggota Teater Api Indonesia dan sebagian audien di Wisma Jerman. (Foto: Anjas for jatimnow.com)

jatimnow.com - Usai melakukan perjalanan misi kebudayaan ke Hamburg Jerman, Teater Api Indonesia berbagi pengalaman unik dan tips-tips di Wisma Jerman Jalan TAIS Nasution Surabaya, Jumat (21/3/2025).

Direktur Wisma Jerman, Mike Neuber, menyampaikan bahwa kegiatan bertajuk Oleh-Oleh dari Hamburg ini memang istimewa karena audiens bisa mendengar secara langsung pengalaman pelaku teater yang telah melakukan perjalanan misi kebudayaan ke Hamburg.

"Kita akan mendengar langsung dari Teater Api Indonesia tentang bagaimana mereka melaksanakan misi kebudayaan ini, pengalaman mereka, yang mungkin juga ada rintangan yang dihadapi. Semuanya bisa menjadi pembelajaran bagi kita," tutur Mike Neuber saat membuka acara, Jumat (21/3/2025) malam.

Selain itu, tambah Mike, pengalaman interaksi dengan seniman setempat, menghadapi audien yang berbeda, mungkin juga ada gagap budaya, serta beragam pengalaman lain yang bisa menjadi inspirasi bagi semua pihak.

Mike Neuber yang dilahirkan di Jerman sendiri mengaku mengalami beragam pengalaman baru saat pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia.

"Saya sendiri mengalami banyak hal dari 2 dunia ini, (Jerman dan Indonesia), dan pengalaman-pengalaman ini pasti bisa sangat berguna bagi orang di Indonesia, yang mungkin suatu saat akan berkunjung ke Jerman," imbuhnya.

7 dari 10 anggota Teater Api Indonesia yang tergabung dalam misi kebudayaan di Hamburg pada November 2024, hadir dalam acara bincang-bincang ini. Mereka adalah M.Soleh, Luhur Kayungga, Dedy Obenk, Yati, Endang Pergiwati, Naryo Pamenang dan MasBro Dayat. Masing-masing menceritakan pengalaman uniknya selama perjalanan 7 hari di Kota Hamburg Jerman.

Di antaranya, mengenai tubuh orang Jawa yang selalu disertai berbagai doa dan upacara adat seperti mapati, tingkeban, jagongan bayi, selapanan, hingga memasuki masa remaja, dewasa hingga menjadi tua. Dalam pertunjukan yang disajikan, Teater Api Indonesia membawa pesan tentang siklus kehidupan manusia tersebut.

"Kehidupan orang Jerman sangat berpatokan pada logika sehari-hari dan tidak memiliki sisi spiritual seperti orang Indonesia, khususnya Jawa. Inilah kemudian yang menjadi salah satu nilai yang kita sampaikan melalui pertunjukan teater dalam misi kebudayaan ini," ucap Luhur Kayungga, selaku Sutradara Teater Api Indonesia.

Baca juga:
Teater Api Indonesia Gelar Surup di Hamburg Jerman, Bawa Pesan Budaya

Ia juga menyampaikan perbedaan karakter audien atau penonton teater di Hamburg dan Indonesia.

Di Hamburg, pertunjukan teater umumnya berbentuk komedi dan cenderung bersifat menghibur, namun warga Jerman masih terbuka dengan bentuk pertunjukan yang lain, seperti yang dibawakan oleh Teater Api Indonesia yang berbentuk teater tubuh.

"Namun di Indonesia, masyarakat cenderung memberikan penolakan bila yang disajikan berbeda dengan pertunjukan yang biasanya dilihat atau dipahami," tuturnya.

Ditambahkan oleh Naryo Pamenang sebagai aktor, yang menyampaikan mengenai proses kreatif yang berbeda dengan proses sebelumnya. Di antaranya, proses latihan yang dilakukan di Surabaya yang cenderung bersuhu tinggi, sementara pementasan yang dilakukan di Hamburg yang bersuhu mendekati nol derajat.

Di luar soal pertunjukan dan proses kreatif, Endang Pergiwati yang bertugas mengorganisasi urusan administrasi berbagi pengalaman saat visa yang mereka pergunakan ternyata hanya berlaku untuk 7 hari, sementara masa tinggal di Hamburg terjadwal sebelumnya 8 hari. Hal ini tentu menjadi persoalan besar, karena dapat memicu problem overstay yang bisa berakibat fatal.

Baca juga:
Teater Api Indonesia Raih Anugerah Sabda Budaya 2024, Kurator: Inspiratif!

Namun permasalahan akhirnya terselesaikan dengan baik, setelah berkonsultasi dengan pihak Imigrasi di Kota Hamburg, dan pihak kepolisian Imigrasi di Bandara Hamburg.

"Kami diminta menandatangani setumpuk berkas, sebelum akhirnya kami diijinkan naik pesawat untuk kembali ke Indonesia dengan aman," tuturnya usai menceritakan beragam rintangan dalam perjalanan misi budaya ini.

Sementara aktor Dedy Obenk lebih banyak berbagi cerita mengenai perbedaan kebiasaan hidup masyarakat Eropa dengan warga Indonesia, mulai dari meminum air dari kran secara langsung, penggunaan toilet kering, hingga pada kebiasaan warga Hamburg berjalan kaki menuju berbagai lokasi tujuan.

Sedangkan Yati, yang menjadi satu-satunya aktor perempuan dalam pertunjukan ke Hamburg ini, menyampaikan manfaat dari upaya kerja sama yang dilakukan kelompok teater ini dengan berbagai pihak, salah satunya Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hamburg dan beberapa komunitas di Hamburg.