Pixel Code jatimnow.com

Menengok SDLB Anak Tunanetra Pertama di Surabaya

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Misbahul Munir
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) Surabaya (Foto-foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) Surabaya (Foto-foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)

jatimnow.com - Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) Surabaya yang berada di kawasan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, merupakan layanan pendidikan tunanetra pertama di Surabaya.

Kepala SDLB YPAB Sutaryono mengungkapkan bangunan sekolah ini dulunya merupakan bekas dari klinik kesehatan yang dibangun oleh dokter Belanda. Kemudian diserahkan ke Kementerian Kesehatan Indonesia dan selanjutnya dialihfungsikan sebagai yayasan pendidikan.

"Bangunan ini dibangun sekira tahun 1949 oleh seorang dokter Belanda yang digunakan sebagai klinik kesehatan," kata Sutaryono pada jatimnow.com, Kamis (2/5/2024).

"Kemudian setelah kemerdekaan aktivitas pelayanan pendidikan telah dimulai sejak tahun 1957, dengan dibukanya sekolah taman kanak-kanak (TK) untuk anak buta. Pada tanggal 9 Maret 1959 terbentuklah badan yang mengelola sekolah dengan nama Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) di kota Surabaya," sambungnya.

Sejak pertama didirikan bangunan sekolah tidak banyak mengalami perubahan, semua dipertahankan seperti dulu khas bangunan peninggalan Belanda. Terlihat daun pintu tebal, kusen serta lampu gantung jadul.

Terdapat dua bangunan utama. Bagian depan difungsikan sebagai kantor, sementara bagian belakang dengan 4 ruangan besar yang difungsikan sebagai tempat proses belajar mengajar.

Satu ruangan difungsikan sebagai sanggar atau ruangan ekstrakurikuler untuk mengasah bakat para siswa berkebutuhan khusus tersebut. Sisanya disekat menjadi 9 ruangan dan digunakan untuk ruangan kelas.

Baca juga:
SLB Patrang Jember Ajak Siswa ke Dispendukcapil, Belajar Mengurus Adminduk

"Memang secara standar untuk sekolah disabilitas tunanetra masih perlu ada pembenahan, katakanlah seperti pintunya ini masih mempertahankan pintu biasa. Semestinya diganti dengan pintu geser atau yang lainnya yang ramah bagi siswa berkebutuhan khusus," bebernya.

Menunjang pembelajaran, lanjut Sutaryono pihaknya dibantu oleh 16 orang guru dan dibantu dengan 3 orang karyawan. Mereka secara aktif mengawasi para siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

"Total siswa-siswi dari TK (taman kanak-kanak) dan SD ada sebanyak 40 anak," terangnya.

Meski terbatas, namun siswa di sekolah ini di anugerahi kecerdasan dan bakat yang luar biasa. Para siswa berkebutuhan khusus itu acap kali borong trofi berbagai penghargaan dan lomba.

Baca juga:
MPLS SLB di Sidoarjo, Ajarkan Materi Vokasi Membuat Kue Basah

"Yang terakhir Agustus tahun lalu ini ada siswi kami yang juara menyanyi tingkat nasional. Dan ini tengah persiapan untuk lomba berikutnya," tuturnya dengan bangga.

Pada momen peringatan Hari Pendidikan Nasional ini, Sutaryono berharap kepada pemerintah agar ada perhatian lebih bagi anak-anak berkebutuhan khusus ini, sebab mereka adalah bagian dari masa depan bangsa ini.

"Semoga anak-anak itu dapat terus berprestasi, menebar kebahagiaan kepada keluarga dan terus bersemangat dalam belajar," pungkasnya.