jatimnow.com - Menjadi pranotocoro atau pembawa acara dalam pernikahan Jawa membuat Supari lekat dengan pakaian adat. Blangkon menjadi salah satu pelengkapnya.
Namun, pria asal Desa Jarak Lor, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri ini tak pernah menemukan blangkon yang benar-benar pas dan nyaman di hatinya.
Supari yang jengkel, lantas membongkar blangkon-blangkon tersebut dan mempelajari cara pembuatannya. Merasa cukup, dia memberanikan diri untuk memproduksi penutup kepala tersebut.
Kini, Supari benar-benar banting stir menjadi pengusaha blangkon. Di rumahnya, dia membuat banyak blangkon dengan model Jogja, Solo, Jawa Tengah dan Kediren atau Kediri.
“Awal mula saya membuat blangkon ini secara otodidak. Jadi, waktu saya bertugas jadi pranotocoro manten itu, saya beli blangkon di Jawa Tengah online tapi tidak pernah ada yang cocok. Akhirnya blangkon yang saya beli itu saya bongkar saya pelajari. Itu awal saya membuat blangkon,” kata Supari, Minggu (19/5/2024).
Itu terjadi sejak 2016. Supari mulai membuat blangkon untuk dia sendiri. Kini blangkon buatannya justru semakin diminati pasar. Tidak hanya dibeli oleh masyarakat Kediri dan sekitarnya, namun juga merambah ke luar pulau Jawa. Salah satunya ke kota Bontang dan Kalimantan Timur yang sudah menjadi pelanggan tetapnya.
Dalam pembuatannya, Supari dibantu oleh anaknya. Dalam sebulan, setidaknya ada 70-80 buah blangkon yang dihasilkan.
“Permintaan kebanyakan dari komunitas-komunitas budaya,” tambahnya.
Untuk harganya, blangkon Supari dijual mulai dari harga Rp100 ribu sampai dengan Rp250 ribu, tergantung dari bahan yang digunakan.
"Paling mahal Rp 200-250 ribu karena bahannya dari batik tulis. Juga melihat motifnya. Kalau batik cap sekitar Rp150 ribu. Untuk harga Rp100 juga bisa, tapi kualitas bahannya beda. Yang paling laris yang harga Rp150 ribu," tuturnya.
Membuat blangkon, menurutnya tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru. Yang terjadi, blangkon akan tidak nyaman dipakai. Dia pun pernah diprotes salah satu pelanggannya karena blangkon yang dipesan terasa tidak nyaman. Padahal pesanan sebelumnya terasa pas dan nyaman. Sang pelanggan bahkan sampai datang ke rumah Supari untuk bertanya.
"Rupanya, blangkon tersebut dibuat saat dirinya banyak pesanan dan terburu-buru untuk menyelesaikan pesanan.
“Itu jadi masukan untuk saya. Sekarang kalau membuat blangkon harus dalam keadaan nyaman, dari hati, enjoy dan tidak terburu-buru," terang Supari.
Saat ini Supari tengah merancang blangkon bernuansa Kediri. Diberi nama Blangkon Panjalu, blangkon ini mengusung konsep filosofi Sri Aji Joyoboyo.
“Ini rencananya dipersembahkan untuk Kabupaten Kediri, ciptaan saya sendiri," tandas Supari.