Pixel Codejatimnow.com

Pameran Lukisan Hitam Putih di Galeri Dekesda Sidoarjo, Bukan Hanya Soal Warna

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ahaddiini HM
Ketua Komunitas Pelaku Seni Ilustrasi Idiom, Roman Chuza bersama karya lukisan hitam putihnya. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com).
Ketua Komunitas Pelaku Seni Ilustrasi Idiom, Roman Chuza bersama karya lukisan hitam putihnya. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com).

jatimnow.com - Komunitas Pelaku Seni Ilustrasi Idiom menggelar pameran lukisan bertajuk Black White, Art Exhibition for Generation to Generation pada Sabtu (22/6/2024) hingga Minggu (30/6/2024) Juni 2024 di Galeri Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda).

Ketua Komunitas Pelaku Seni Ilustrasi Idiom, Roman Chuza menyampaikan pameran lukisan hitam putih ini adalah yang pertama kali digelar di Jawa Timur.

"Dalam rangka silaturahmi dengan para pelukis se-Jawa Timur, namun ada dari Jakarta, juga mengenang pelukis hitam putih nasional Almarhum Bapak Achmad Chusnan. Selain itu juga untuk memberikan pemahaman mengenai hitam putih yang melibatkan dimensi ruang dan cahaya. Di samping itu, misi sosial, karena 2,5 persen hasil pameran kami serahkan untuk para anak yatim piatu," ucapnya kepada jatimnow.com, Sabtu malam (22/6/2024).

Roman menyampaikan, ada 40 pelukis yang terlibat dalam pameran dengan karya dominan hitam putih.

"Intinya, lukisan harus pure hitam putih, dominan hitam putih dengan goresan hitam putih berbagai media dan bahan," tambahnya.

Menurut penuturannya, warna hitam putih mendorong untuk menguasai dimensi ruang dan cahaya. Selain itu, dimensi ruang hitam putih untuk masuk ke warna juga sangat mudah sekali.

"Karena hitam putih melibatkan dimensi ruang dan cahaya sesuai dengan jiwa si pelukis itu sendiri. Hitam putih bukan warna, namun dimensi," jelasnya.

Lebih lanjut. ia berharap masyarakat dalam seni lukis ke depannya berproses dengan jiwa mereka sendiri dan menghargai setiap karya para pelukis lainnya yang tidak hanya drawing atau sketsa, namun lebih ke lukisan yang tersirat dari jiwa.

Sementara itu, pelukis perempuan Endang Waliati, warga Sidokare Indah, Sidoarjo, menjelaskan, makna lukisan hitam putih karyanya yang tercipta dari perca dan serat kain.

"Judul karya lukis saya Jelajah, karena saya suka keluyuran ke gunung, maka saya abadikan apa yang pernah saya lihat. Bahannya dari perca dan serat kain dengan tingkat kesulitan yang tinggi, penuh perjuangan," tuturnya.

Endang menambahkan pembuatan lukisannya menghabiskan waktu 1 bulan. Baginya, melukis tidak harus dengan cat.

Baca juga:
Pameran Tunggal Bayu Kabol di Galeri Surabaya, Wajah-wajah dalam Cermin Diri

"Wujud saya berontak, karena tidak punya cat. Saya memakai dan gunakan bahan yang ada, dari kain perca dan serat kain, dari situ saya bisa mengekspresikan tentang apa yang ada di pikiran dan di hati," imbuhnya.

Ia mengungkapkan teknik pembuatan lukisan dari perca dan serat kain karyanya.

"Dari pure kain dan serat kain hitam putih. Kain dibongkar, digunting lembut, baru ditata, dilem dengan lem kayu," ucapnya.

Endang mengartikan warna hitam putih pada kehidupan.

"Hitam putih. Kita hidup diantara hitam putih, apik-elek (bagus-jelek), gelap-terang," tegasnya.

Baca juga:
Pelukis Belia Bawa Pesan Lingkungan lewat Pameran di Balai Pemuda Surabaya

Pelukis Sidoarjo lainnya yang berpartisipasi adalah Didi Dyan dengan lukisan hitam putih berjudul Lembah Manah.

"Menceritakan mengenai rendah hati dan andhap ashor. Yaitu mengedepankan sifat manusia yang selalu mengingat jati dirinya, rendah hati, tetap memijak ke bumi, pandai bersyukur dan mawas diri. Banyak ujian, cobaan dan sifat manusia yang beraneka macam, harus tetap teguh pada iman, taqwa, keiklasan dan ketulusan hati," paparnya.

Didi Dyan mengaku lukisan hitam putih buatannya diciptakan sesuai dengan karakternya.

"Lukisan ini dibalut dengan gaya minimalis modern dan dinamis. Dengan karakter sederhana dan punya ciri khas dari seorang Didi Dyan, yaitu simple, halus dan rapi," pungkasnya.

- Pelukis perempuan dari Sidoarjo, Didi Dyan bersama karya lukisan hitam putihnya.