Pixel Code jatimnow.com

Fenomena Bediding Ini Sampai Kapan?

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Misbahul Munir

jatimnow.com - Fenomena bediding belakang menjadi perbincangan lantaran kondisi cuaca terik dan udara yang panas di siang hari dan dingin menusuk pada malam hari. Perubahan suhu udara yang mencolok tersebut begitu terasa menjelang sore dan cenderung lebih dingin pada malam hingga pagi hari.

Kepala Kelompok Unit Forecaster BMKG Maritim Tanjungperak Surabaya Ady Hermato menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan suhu udara tersebut.

Pertama, pasa saat musim kemarau kondisi langit cerah pada malam hari. Hal ini, menyebabkan suhu panas dari permukaan bumi terpancar langsung ke atmosfer tanpa hambatan sehingga membuat penurunan suhu yang signifikan.

"Tidak banyaknya awan yang menutupi bumi saat musim kemarau. Sehingga panas yang diterima oleh bumi dari matahari pada saat siangnya mudah terlepas bebas ke atmosfer di malam harinya, sehingga mempercepat pendinginan bumi itu sendiri," jelasnya, Selasa (13/8/2024).

Baca juga:
DPRD Jatim Dorong Dinkes Siapkan Langkah Preventif Antisipasi Pancaroba

Kemudian, yang kedua, adanya hembusan angin dari Australia atau dikenal dengan monsun Australia. Jenis angin ini diketahui bersifat kering sebab sedikit membawa uap air. Angin ini berhembus melewati permukaan perairan samudera hindia yang memiliki suhu relatif lebih rendah atau dingin.

"Adanya faktor transportasi massa udara dari Australia dimana massa udaranya bersifat kering dan dingin, itulah mengapa fenomena bedinding ini lebih banyak terjadi di wilayah yg berada disebelah selatan khatulistiwa," sambungnya.

Baca juga:
2 Warga Tulungagung Meninggal Dunia karena Demam Berdarah

Umumnya fenomena bediding ini, kata Ady terjadi saat memasuki musim kemarau yakni mulai bulan Juli hingga awal September.

"Fenomena bedinding diprakirakan terjadi antara Juli dan Agustus, meskipun ada kemungkinan hingga awal september," tutupnya.