jatimnow.com - Faktor gender pada Pilwali Surabaya tidak begitu penting. Masyarakat cenderung lebih mempertimbangkan track record, kapasitas serta kompetensi calon.
Faktor utama yang menguntungkan kandidat perempuan adalah tidak adanya permasalahan gender pemimpin di Jawa Timur, dan Surabaya. Terbukti Tri Rismaharini serta Khofifah Indar Parawansa berhasil menduduki jabatan Wali Kota Surabaya serta Gubernur Jawa Timur.
Surokim Abdussalam, Pengamat Politik asal Universitas Trunojoyo Madura membenarkan bahwa faktor gender tidak begitu penting bagi masyarakat Surabaya.
Ia menambahkan bahwa masyarakat Surabaya cenderung lebih mempertimbangkan tiga hal, diantaranya track record, kapasitas serta kompetensi.
"Kinerja bagus maka pemimpin perempuan juga bisa diterima baik oleh warga kota. Tidak sekadar perempuan, tetapi juga bekal track record, kompetensi dan kapasitas tadi menjadi penting," jelasnya kepada jatimnow.com, Minggu (23/9/2018).
Surokim, pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura
Baca juga:
Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji
Menurut Surokim, pola berfikir masyarakat Surabaya semakin rasional, tidak lagi mementingkan faktor sosiologis dalam menentukan pilihan sebagai pemimpin.
"Sosiologis dan psikologis kini hanya jadi pelengkap saja, kompetensi dan kapasitas jadi pertimbangan yang utama," pungkasnya.
Selain beberapa faktor di atas, keuntungan kandidat perempuan pada perhelatan Pilwali Surabaya 2020 mendatang adalah "Risma Effect" atau "The Power of Emak". Keberhasilan Risma dalam memimpin Kota Surabaya selama dua periode menjadi landasan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sosok pemimpin perempuan.
Kandidat-kandidat perempuan yang memiliki tiga poin yaitu track record, kapasitas serta kompetensi sudah tentu memiliki kans lebih tinggi menjadi penerus Risma membangun Surabaya.
Baca juga:
Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak
URL : https://jatimnow.com/baca-7105-isu-risma-effect-berpengaruh-di-pilwali-surabaya-2020