Pixel Code jatimnow.com

Pameran di Rumah Seni Pecantingan Sidoarjo: Kritik Korupsi lewat Karya Lukisan

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Ahaddiini HM
Karya dalam Pameran Lingkar Bermain: Gagas, Ramu, Saji di Rumah Seni Pecantingan Sekardangan Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/yatimnow.com.
Karya dalam Pameran Lingkar Bermain: Gagas, Ramu, Saji di Rumah Seni Pecantingan Sekardangan Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/yatimnow.com.

jatimnow.com - Sejumlah karya lukis berkonsep penyadaran terkait kasus korupsi yang terjadi ditampilkan dalam pagelaran bertajuk Pameran Lingkar Bermain: Gagas, Ramu, Saji di Rumah Seni Pecantingan Sekardangan Sidoarjo.

Lukisan yang bertendensi kritik atas korupsi ini, sekaligus menyoroti pola pendidikan karya Alif Edi Irmawan ini dapat dilihat pada salah satunya karya berjudul Terik di Atas Bayangan.

"Jadi sebenarnya karya saya adalah sebuah parodi sebagai kritik sindiran pola-pola pendidikan yang ada saat ini. Terik di Atas Bayangan yang artinya orang di balik bayangan lebih tahu banyak, namun tertutup oleh bayangannya sendiri karena kekuasaan," ucap seniman asal Gresik ini kepada jatimnow.com, Selasa malam (18/9/2024).

Ia melanjutkan, banyak pihak diminta untuk melaksanakan pendidikan hingga jenjang lebih tinggi, namun belum mengetahui esensi sebenarnya.

"Banyak orang sekolah tinggi dari SD hingga perguruan tinggi. Namun sayangnya banyak yang belum paham mengenai esensi pendidikan sebenarnya. Dari situ saya berpikir menjadikan hal tersebut untuk mengkritik Sidoarjo karena tiga era kepemimpinan Bupati terjerat korupsi. Sekolah tinggi dan berujung korupsi," jelasnya.

Karya Alif menampilkan banner yang ia dapatkan di pinggir jalan, kemudian dilukis ulang hingga menutupi gambar asli. Di samping itu pula dibubuhkan tulisan-tulisan tentang kritik dan sindirian sebagai pengingat.

"Di pameran ini saya tampilkan banner-banner karena saat ini menjelang Pilkada serentak, sebagai pengingat. Beberapa banner di pinggir jalan saya curi meniru orang-orang yang mencuri uang rakyat. Saya juga ingin melihat bagaimana respon masyarakat, bagaimana ini saya lakukan secara langsung dengan taruhan nyawa saya," tegas Alif yang berprofesi sebagai guru ini.

Hal tersebut, dari penuturan Alif, mendapat respon yang sangat beragam. Namun di setiap pertanyaan yang terlontar, ia berdalih layaknya koruptor yang mempunyai banyak alasan untuk korupsi.

Baginya, karya yang ia ciptakan mempunyai tujuan, yaitu sebagai pendidikan kesadaran bagi apresiator.

"Karya saya ini sebagai pendidikan kesadaran kepada apresiator tentang empati agar mawas diri, berbuat baik, jangan sampai mempunyai pendidikan tinggi namun tidak memiliki nurani. Terlebih saat ini jelang Pilkada 2024," terang Alif.

Melalui karyanya, Alif berharap pola pemerintahan di Sidoarjo semakin lebih baik.

Baca juga:
Mengamati Gerak-Gerik, Pameran Seni Rupa di Gedung Budaya Loka Tuban

"Harapan saya, semoga ke depannya pola-pola pemerintah di Sidoarjo dan wilayah lainnya semakin baik, jangan sampai ada kasus korupsi dan penyelewangan terjadi kembali, karena yang sangat menderita dan dirugikan adalah rakyat," pungkasnya.

Sementara itu, kurator pameran, Toriq Fahmi menyampaikan bahwa pameran lukisan ini merepresentasikan aspek pendidikan.

"Setiap karya seni yang dipamerkan disini merepresentasikan bagaimana seni dihubungkan dengan pendidikan. Ing Ngarsa Sung Tuladha memberi telasdan di depan, Ing Madya Mangun Karsa membangun semangat di tengah dan Tut Wuri Handayani memberi dorongan di belakang," ujarnya.

Dalam kaitan antara Triloka, seni dan pendidikan, menurut Toriq, adalah sebagai upaya mengintegrasikan seni dan pendidikan yang dapat dibaca secara sistematik dalam proses penciptaan karya.

"Disini kita dapat melihat bagaimana keterkaitan seni dan pendidikan yang berfungsi sebagai model pembelajaran yang efektif. Karya seni dalam konteks pendidikan berfungsi untuk memunculkan inspirasi dan pemikiran kritis serta penyadaran dalam memahami makna yang terkandung di dalamnya," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Toriq, juga sebagai fasilitasi materi akademik dan sosial yang membentuk pola pikir dan karakter dalam berkemanusiaan, berkebudayaan serta mendorong perubahan lebih baik dan produktif sebagai media dan metode pembelajaran dengan onsep yang dapat ditawarkan kepada kurikulum pendidikan.

Baca juga:
Isabell Roses Gelar Karya Lukisan di Surabaya: Realita Gen Z Jelajahi Lawasan

Koordinator pameran, Nabila Wardah Safitri mengungkapkan pameran ini merupakan karya Serbuk Kayu yang didanai oleh Pemerintah yang akan berlangsung 14 hingga 20 September 2024.

"Pameran ini merupakan program yang kami ajukan dan didanai oleh Pemerintah. Kita menerima banding dari dana Indonesiana LPDP dan rencana program ini akan berjalan selama 3 tahun," terangnya.

Ia melanjutkan, dari ratusan kolaborator, tersaring 15 peserta pameran dari berbagai profesi.

"Dari seratusan pendaftar terjaring 15 peserta terdiri dari seniman, guru dan mahasiswa murid. Tidak hanya di wilayah Jawa Timur, seperti Sidoarjo, Surabaya, Pasuruan, Gresik, Lamongan, Tuban namun juga dari luar, seperti Subang Jawa Barat," tambahnya.

Bagi Nabila, pameran ini tidak hanya dapat untuk mengembangkan ekosistem para seniman di Jawa Timur, namun juga sebagai regenerasi dalam membuka peluang distribusi pengetahuan dan persebaran program.