Pixel Code jatimnow.com

Pelindo Terminal Petikemas Rehabilitasi 25 Ha Mangrove di Sulawesi Tenggara

Editor : Zaki Zubaidi  
25 hektare kawasan Mangrove di Sulawesi Tenggara. (Foto: Humas PT Pelindo Terminal Petikemas)
25 hektare kawasan Mangrove di Sulawesi Tenggara. (Foto: Humas PT Pelindo Terminal Petikemas)

jatimnow.com - Memperingati Hari Maritim Nasional, PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) melaksanakan rehabilitasi kawasan mangrove seluas 25 hektare.

Total sebanyak 64.900 bibit mangrove ditanam di tiga lokasi yaitu Desa Puasana dan Kelurahan Lalowaru di Kabupaten Konawe Selatan, serta Kelurahan Bungkutoko di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas, Widyaswendra, mengungkapkan bahwa program rehabilitasi ini merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung net zero emission dan pengurangan karbon.

Ia menekankan pentingnya mengembalikan fungsi mangrove sebagai benteng alami untuk mengatasi dampak abrasi dan penahan gelombang pasang.

Baca juga:
Arus Peti Kemas TPS Naik 9,77 Persen Hingga Oktober 2024, Ekspor-Impor Tetap Stabil

"Keberadaan kami di sini tidak hanya berkaitan dengan bisnis dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membawa tanggung jawab terhadap lingkungan. Ekosistem mangrove memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap karbon, bahkan lebih tinggi dibandingkan hutan tropis di daratan," imbuhnya dalam siaran pers, Senin (23/9/2024).

Widyaswendra menambahkan bahwa rencana penanaman mangrove ini akan melibatkan kolaborasi dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sampara serta kelompok nelayan setempat. Mereka akan berperan sebagai pelaksana, mulai dari penyediaan bibit hingga proses penanaman.

Baca juga:
Pelindo Terminal Petikemas Santuni Ribuan Anak Yatim dan Bantu Sarana Ibadah

Kepala Bidang Pengolahan Daerah Aliran Sungai, Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara, Laode Yulardhi Junus, menjelaskan bahwa program rehabilitasi ini tidak hanya berdampak pada aspek ekologi, tetapi juga ekonomi. Masyarakat yang menggantungkan hidup pada biota laut, seperti kepiting dan udang, diharapkan akan merasakan manfaat yang signifikan.

"Harapannya, dengan pulihnya ekosistem mangrove, nelayan dapat menangkap lebih banyak kepiting dan udang. Selain itu, daerah ini juga berpotensi menjadi daya tarik wisatawan, sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat sekitar," ujarnya.