Pixel Code jatimnow.com

Jembatan Harapan, Papua Menyapa Malang dengan Hangat

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Papua Menyapa Malang 2025 membuktikan bahwa seni dan budaya dapat menjadi jembatan penghubung,  menyatukan  dan membangun pemahaman. (Foto/jatimnow.com)
Papua Menyapa Malang 2025 membuktikan bahwa seni dan budaya dapat menjadi jembatan penghubung, menyatukan dan membangun pemahaman. (Foto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Di tengah hiruk pikuk Kota Malang, sebuah festival budaya yang unik dan bermakna digelar di Gedung Kesenian Gajayana.

"Papua Menyapa Malang 2025," bukan sekedar perayaan seni dan budaya, melainkan sebuah jembatan penghubung antara budaya Papua dengan masyarakat Malang, sekaligus representasi harapan dan kontribusi mahasiswa Papua di perantauan.

Inisiatif yang sepenuhnya digagas dan diselenggarakan oleh mahasiswa Papua di Malang Raya ini sukses menyatukan beragam budaya dan semangat persatuan.

Sejak pagi, Papua Pop-Up Market telah menghadirkan suasana khas Papua. Aneka kuliner lezat, anyaman tradisional, noken, perhiasan etnik, dan suvenir bernuansa Papua memenuhi stan-stan yang dijaga oleh para mahasiswa penuh semangat.

Mereka tak hanya berjualan, namun juga berbagi cerita tentang kampung halaman, keluarga, dan kerinduan akan keindahan alam Papua.

Puncak acara dimulai dengan seremoni pembukaan yang khidmat. Lagu Indonesia Raya dan Tanah Papua dinyanyikan bersama, diikuti penampilan Tari Yospan yang enerjik, menggambarkan semangat persaudaraan.

Talkshow interaktif "Papua Now!" menjadi forum diskusi terbuka antara mahasiswa Papua dan masyarakat Malang.

Diskusi tersebut membahas berbagai hal, mulai dari pengalaman hidup di perantauan, menghadapi stereotip, hingga membangun komunitas.

Peluang Ekonomi Kreatif dari Tanah Papua

Talkshow ini juga menghadirkan pemateri inspiratif. Andika Yusuf, owner Sebaya Coffee, menegaskan betapa pentingnya berani memulai bisnis dari nol.

"Teman-teman harus berani turun ke kebun kopi, bertani, dan memilih biji kopi terbaik untuk menciptakan ciri khas kopi daerah," ujarnya.

Baca juga:
Warga Papua di Surabaya Galang Dana untuk Korban Semeru

Ia mencontohkan kopi Papua Wamena yang memiliki cita rasa terbaik di dunia, menunjukkan potensi besar ekonomi kreatif di Papua.

Sementara Moses Ferdinand Kamer, Tokoh Muda Papua, menambahkan pentingnya kreativitas dan visi ke depan bagi pemuda Papua.

"Selain kreatif, kita harus berpikiran visioner, mampu berteman dengan siapapun tanpa memandang ras, agama, dan suku," katanya.

Ia juga menuturkan pentingnya legalitas dalam membangun organisasi, dengan selalu melibatkan pemerintah, kepolisian, dan TNI, serta memastikan organisasi tersebut tetap berada dalam koridor NKRI.

Sore hari, Panggung Budaya "Cenderawasih" menyajikan beragam pertunjukan seni budaya Papua. Tarian tradisional, musik etnik, hingga kreasi tari kontemporer ditampilkan dengan penuh semangat. Setiap gerakan dan lagu adalah manifestasi kerinduan dan harapan akan tanah kelahiran.

Acara ditutup dengan "Goyang Bersama," sebuah tarian massal yang menyatukan seluruh peserta dan penonton. Tidak ada sekat, hanya kegembiraan dan kebersamaan dalam irama Papua.

Baca juga:
Unesa Gelar Webinar Nasional Potensi Mahasiswa Papua di Masa Depan

Saverius Moses Weu Werre, Ketua Panitia, mengungkapkan, bahwa kegiatan ini bukan hanya tentang tampil, tapi tentang diterima.

"Kami ingin masyarakat Malang mengenal Papua langsung dari kami, bukan dari pemberitaan atau asumsi," ungkapnya.

Dia berharap Papua Menyapa Malang menjadi gerakan budaya berkelanjutan, membuka jalan bagi mahasiswa Papua untuk berkembang dan didengar.

Kehadiran Kapolsek Klojen, Kompol Moch Budiarto, mewakili Kapolresta Malang Kota, dan Iswandi Adenan, mewakili Kepala Bakesbangpol Kota Malang, menunjukkan dukungan nyata terhadap festival ini.

Papua Menyapa Malang 2025 membuktikan bahwa seni dan budaya dapat menjadi jembatan penghubung, menyatukan dan membangun pemahaman. Ketika Papua menyapa, Indonesia seharusnya menyambutnya dengan hangat.