Pixel Codejatimnow.com

Mahasiswa Asing Belajar Tata Ruang Perkampungan di Surabaya

Para mahasiswa asing yang tengah mengamati salah satu kampung di Surabaya.
Para mahasiswa asing yang tengah mengamati salah satu kampung di Surabaya.

jatimnow.com - Sebanyak 98 orang yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dari tujuh universitas yang ada Asia, mengunjungi kampung Ketandan, Surabaya.

Mereka berkunjung dalam rangka kegiatan 6th Platform For Asian Architecture and Urbanism (PAAU) 2018, selama lima hari mulai dari 11 sampai 15 Oktober 2018.

Dengan berjalan kaki, para mahasiswa yang dibagi dalam 5 kelompok juga diawasi oleh dosen pendamping. Mereka diminta memahami space (ruang) yang ada di Surabaya, sehingga dapat merasakan keunikan ruang tata perkotaan di Surabaya.

Rully Damayanti, koordinator PAAU Workshop sekaligus dosen pengajar Program Studi Arsitektur UK Petra Surabaya mengungkapkan, dengan mengambil tema “Embedding Fluidigz”, peserta ini akan mengidentifikasi fenomena fisik atau sosialnya kampung.

Setelah itu, peserta akan mendapatkan penjelasan secara umum mengenai kampung yang diamati.

"Harapannya dapat menghasilkan ide desain arsitektural dari berbagai kampung yang dikunjungi. Dan hasil akhirnya berupa presentasi dan pameran karya," tutur Rully, Jumat (12/10/2018).

Mahasiswa Arsitektur asal Kamla Raheja Vidyanidhi Institute for Architecture and Environmental Studies (KRVIA), Mumbai, India, Maithili Sathae mengungkapkan, kondisi perkampungan di Surabaya ini menurutnya cukup unik dan tidak ada di negara asalnya.

"Kampung di sini unik, meski berada di sekitaran gedung-gedung tinggi dan modern, serta berada di area yang sempit, tetapi mereka mempertahankan aturan tempat tinggalnya. Seperti tidak boleh mengendarai motor saat melewati gang. Ini sangat sehat," jelas Maithili dalam Bahasa India yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah.

Baca juga:
Kisah Mahasiswa Unair Lebaran dan Puasa di Yunani, Demi Apa?

Ia menambahkan, di kampung ini juga masih ada pepohonan dan ruang untuk berkumpulnya warga kampung atau yang disebut balai desa. Menurutnya, hal itu berbeda jauh dengan di India.

"Di kampung saya tidak ada pepohonan diantara tempat tinggal warga, jadi terasa panas sekali. Di sini saya menemukan ide menarik, kemungkinan bisa saya desain di tempat tinggal saya nanti," harap Maithili.

Setelah mengunjungi kampung di Surabaya, rencananya mereka diajak ke Gresik untuk mengunjungi Kampung Kemasan dan Omah Damar.

98 peserta itu berasal dari Silpakorn University, Thailand sebanyak 12 orang, Kunmig University, China sebanyak 10 orang, KRVIA, Mumbai, India sebanyak 19 orang.

Baca juga:
Pria di Kota Malang Masuk Kos Mahasiswa lalu Curi Laptop

Kemudian juga ada dari Tunghaisity, Taiwan sebanyak 11 orang, Taylors University, Malaysia sebanyak 1 orang dan UTAR, Malaysia sebanyak 8 orang. Sementara sisanya berasal dari Universitas Kristen Petra, Surabaya-Indonesia.