Pixel Code jatimnow.com

Manusia Hama Bumi, Esai Siswi Cikal Gugat Arogansi Manusia

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Dalam esainya, Dinar menggugat arogansi manusia yang merasa memiliki kuasa penuh atas alam. (Foto/Sekolah Cikal)
Dalam esainya, Dinar menggugat arogansi manusia yang merasa memiliki kuasa penuh atas alam. (Foto/Sekolah Cikal)

jatimnow.com - Di tengah arus informasi yang deras, seorang siswi SMA Cikal Surabaya bernama Dinar memilih pena sebagai senjatanya. Bukan untuk berperang, melainkan untuk menyuarakan kegelisahan mendalamnya terhadap krisis lingkungan.

Esai berjudul "Manusia Merupakan Hama Bagi Bumi" yang ditulisnya kini menggema di matajombang, mengajak pembaca merenungkan kembali relasi manusia dan alam.

Ketertarikan Dinar pada isu lingkungan bersemi dari kebiasaannya menyimak berbagai diskusi publik dan podcast, salah satunya yang dibawakan oleh tokoh publik Gita Wirjawan. Dari sana, ia tergerak untuk menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan yang lebih mendalam.

"Aku mengamati permasalahan sosial dan lingkungan. Jujur, Indonesia itu krisis lingkungan," ungkap Dinar.

Ia menyoroti praktik ekstraksi industri yang tinggi, terutama di sektor pertambangan, yang kerap kali mengabaikan AMDAL dan realitas lingkungan.

"Banyak banget loh, yang akhirnya menyebabkan alamnya rusak, lingkungan tercemar, airnya tidak bisa digunakan lagi, banyak zat kimia berbahaya," imbuhnya.

Dalam esainya, Dinar menggugat arogansi manusia yang merasa memiliki kuasa penuh atas alam. "Manusia itu punya power, jadi mereka anggap diri mereka bebas mengeruk, mengeksploitasi alam dengan tanpa ada yang bisa menghentikannya," tulisnya.

Ia juga menentang anggapan bahwa hak hidup manusia lebih penting dari makhluk hidup lain hanya karena mereka tidak memiliki bahasa verbal.

Baca juga:
Mengenal Boys Talk-Girls Talk di Sekolah Cikal, Edukasi Seks yang Ramah Anak

"Dalam tulisanku, 'Manusia merupakan Hama bagi Bumi' aku menekankan bahwa pemikiran itu salah, jangan karena alam, hewan tumbuhan, ga bisa ngomong atau punya tata bahasa, kita merasa bisa ambil hak mereka. Padahal kita hidup di alam ini bersama mereka," tegas Dinar.

Dinar mengakui bahwa lingkungan belajar di Sekolah Cikal Surabaya telah menumbuhkan berbagai kompetensi dalam dirinya, terutama kemandirian dan kemerdekaan dalam belajar.

"Pelajar Merdeka itu yang tumbuh baik dalam diriku. Pelajar merdeka membentuk rasa ingin tahu kita," ujarnya.

Ia percaya bahwa jika semua anak memiliki Kompetensi 5 Bintang Cikal, perbaikan alam pasti bisa terjadi.

Baca juga:
Cerita Inspiratif Noya, Murid SMP Cikal Surabaya Peraih 14 Medali Sepatu Roda

"Anak-anak Cikal itu punya perspektif yang luas, paham bahwa ekstraksi bisa dilakukan dengan etika. Itu lebih bermanfaat atau ngga," jelasnya.

Esai Dinar merupakan bagian dari program Cikal Aksi-Aksi di SMA Cikal Surabaya, yang bertujuan untuk menumbuhkan murid-murid yang berpikir kritis dan berdaya untuk menjaga keseimbangan alam. Tulisan Dinar yang diproduksi dalam 2-3 minggu telah dibaca oleh 230 orang sejak Mei 2025 di matajombang

Kisah Dinar Sekolah Cikal ini menjadi bukti bahwa suara kepedulian terhadap lingkungan dapat datang dari mana saja, termasuk dari seorang siswi SMA yang berani menyuarakan gagasannya melalui tulisan.