Pixel Code jatimnow.com

Siswa SD Surabaya Raih Emas Internasional dengan Inovasi Deteksi Sesak Napas

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Tim ASEKA Sekolah Kreatif Baratajaya saat meraih penghargaan bergengsi dalam ajang International Young Inventors Award (IID-INNOPA) 2025. (Foto/PWMU)
Tim ASEKA Sekolah Kreatif Baratajaya saat meraih penghargaan bergengsi dalam ajang International Young Inventors Award (IID-INNOPA) 2025. (Foto/PWMU)

jatimnow.com - Prestasi gemilang kembali mengukir nama bangsa di kancah internasional. Tim siswa Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Baratajaya, Surabaya, berhasil meraih dua penghargaan bergengsi dalam ajang International Young Inventors Award (IID-INNOPA) 2025, yang digelar di Smesco Exhibition Hall, Jakarta, pada 11–14 September 2025.

Inovasi berjudul ASEK: Shortness of Breath Detector, sebuah alat pendeteksi dini sesak napas pada anak, memperoleh Medali Emas dalam kategori Pharmacy, Biotechnology, Personal Care, Culinary and Food Technology, serta penghargaan khusus Special Award from Thailand sebagai Best Outstanding Innovation 2025.

Dilansir dari laman pwmu.co, karya yang mencerminkan kepekaan sosial dan kecerdasan teknologi ini lahir dari sebuah peristiwa duka yang menyentuh hati.

“Kami berangkat dari pengalaman nyata saat salah satu teman kami di kelas IV meninggal dunia akibat pneumonia,” ujar Noura Malia, salah satu anggota tim yang berusia kelas V.

Menurut data yang disampaikannya, pneumonia menyumbang hingga 15 persen kematian anak-anak di Indonesia pada 2017, dan secara global menyebabkan 740 ribu kematian pada anak di bawah usia 5 tahun pada 2019.

“Anak-anak masih terlalu kecil untuk menyampaikan secara verbal kalau mereka kesulitan bernapas. Maka dari itu, ASEK hadir sebagai ‘suara’ bagi mereka yang tak bisa berbicara,” tambah Noura dengan emosional.

ASEK tidak memerlukan teknologi canggih, tetapi justru menjadi contoh nyata bahwa inovasi berdampak besar bisa berasal dari pemikiran sederhana.

Alat ini bekerja dengan memantau pola pernapasan anak melalui sensor kecil, yang kemudian memberikan peringatan dini jika terdeteksi penurunan respirasi misalnya, saat frekuensi napas meningkat drastis atau menjadi tidak teratur.

“Waktu peringatan yang akurat memungkinkan orang tua bertindak lebih cepat. Bisa saja hanya dengan mengecek gejala awal, kami bisa menyelamatkan nyawa anak,” ujar Queenalesha Orlin Ramadhani, anggota tim lainnya.

Inovasi ini tidak hanya menjadi solusi medis, tetapi juga menjadi gerakan kepedulian sosial dari generasi muda. Dengan harga produksi yang terjangkau, ASEK siap diintegrasikan ke dalam sistem kesehatan sekolah dan puskesmas di daerah terpencil.

Kepemimpinan dan dedikasi guru pendamping, Shofwan Hidayat, menjadi kunci keberhasilan tim. “Kerja keras mereka luar biasa sangat antusias. Tapi jangan salah, perjalanannya tidak selalu mulus,” katanya.

Bahkan di awal persiapan, tim sempat mengalami perubahan anggota dan menghadapi kegagalan uji coba yang berulang kali.

“Ada saat-saat mereka merasa bosan, lelah, ingin menyerah. Tapi kami terus membimbing, menguatkan, dan menanamkan semangat kemanusiaan di balik inovasi ini,” ujarnya.

Menurut Shofwan, kemenangan ini bukan hanya tentang medali, tapi tentang membentuk karakter anak sebagai pencipta solusi, bukan hanya konsumen teknologi.

“Ini awal dari perjalanan mereka menjadi generasi pembawa perubahan. Semoga ini bisa menginspirasi ribuan siswa lain untuk berinovasi demi masyarakat,” tandasnya.