jatimnow.com - Lonjakan kasus influenza hingga tujuh kali lipat yang baru-baru ini terjadi di Malaysia telah memicu alarm di kalangan ahli kesehatan global. Fenomena ini bukan sekadar fluktuasi musiman biasa, melainkan sebuah sinyal penting yang menyoroti kerentanan sistem kekebalan populasi dan urgensi kesiapsiagaan kesehatan masyarakat, termasuk di Indonesia.
Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) sekaligus Ketua Research Center on Global Emerging and Re-emerging Infectious Diseases, ITD UNAIR, Laura Navika Yamani menegaskan bahwa lonjakan ini memerlukan analisis komprehensif.
“Langkah pertama adalah memastikan bahwa kenaikan ini memang mencerminkan peningkatan kasus nyata di masyarakat, bukan sekadar akibat peningkatan pelaporan atau tes laboratorium. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Malaysia, lonjakan tersebut terlihat pada peningkatan jumlah klaster influenza di sekolah dan institusi pendidikan, serta peningkatan kasus influenza-like illness (ILI) di fasilitas kesehatan,” jelas Laura.
Laura mengidentifikasi beberapa faktor utama yang disinyalir menjadi pendorong lonjakan kasus flu di Malaysia. Pertama, perubahan musim dan cuaca lembab di kawasan Asia Tenggara dipercaya mempercepat penularan virus influenza. Kedua, dan ini menjadi sorotan penting, adalah penurunan kekebalan pasca-pandemi COVID-19.
“Selama pandemi, interaksi sosial berkurang drastis dan sirkulasi virus flu menurun, sehingga banyak individu terutama anak-anak belum memiliki kekebalan alami terhadap virus influenza yang beredar saat ini. Ketiga, terdapat indikasi adanya variasi strain influenza A (seperti H3N2 atau H1N1) yang mungkin telah mengalami pergeseran antigenik (antigenic drift), membuat vaksin flu musiman menjadi kurang efektif,” paparnya.
Dengan mobilitas tinggi dan kedekatan geografis dengan Malaysia, Indonesia menghadapi risiko yang signifikan untuk mengalami kejadian serupa. Namun, Laura optimis bahwa risiko ini dapat ditekan dengan langkah antisipasi yang tepat.
Baca juga:
Farmasi Unair Gelar Cek Kesehatan dan Kenalkan iTeraCare pada Warga Kediri
“Risiko ini dapat ditekan bila sistem surveilans ILI/SARI di puskesmas dan rumah sakit diperkuat, serta masyarakat didorong untuk berperilaku hidup bersih dan segera memeriksakan diri bila mengalami gejala flu berat,” tegasnya.
Dalam menghadapi ancaman flu Malaysia, UNAIR siap memainkan peranan strategis. Melalui fasilitas laboratorium berstandar BSL-2 dan BSL-3 di Lembaga Penyakit Tropis (LPT), UNAIR memiliki kapabilitas canggih untuk mengidentifikasi dan melakukan sekuensing genomik virus influenza. Kapabilitas ini krusial untuk memantau perkembangan virus dan mengidentifikasi potensi strain baru.
“Kolaborasi antarlembaga di dalam UNAIR antara LPT, rumah sakit, dan fakultas-fakultas kesehatan mencerminkan sinergi tridharma perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat,” ungkap Laura.
Baca juga:
DIABETKOL UNAIR: Inovasi Herbal Manggis-Kumis Kucing Atasi Diabetes & Kolesterol
Sebagai penutup, ia menyampaikan pesan kunci kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang namun waspada. Penting untuk tidak menyepelekan gejala flu dan senantiasa menerapkan etika kesehatan yang baik, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menggunakan masker saat batuk atau bersin.
“Dengan kewaspadaan bersama dan kedisiplinan dalam pencegahan flu, kita dapat mencegah lonjakan serupa terjadi di Indonesia dan melindungi kesehatan publik secara berkelanjutan,” pungkasnya.