Pixel Code jatimnow.com

Pimpin Apel Hari Santri, Mas Dhito Pastikan Program Keagamaan Tetap Berjalan

Editor : Yanuar D  
Mas Dhito saat memimpin apel Hari Santri di Kabupaten Kediri. (Foto: Pemkab Kediri/jatimnow.com)
Mas Dhito saat memimpin apel Hari Santri di Kabupaten Kediri. (Foto: Pemkab Kediri/jatimnow.com)

jatimnow.com - Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana memimpin Apel Hari Santri di Stadion Canda Bhirawa, Kecamatan Pare. Dalam amanatnya, ia menegaskan bahwa Kabupaten Kediri merupakan daerah dengan basis pesantren yang kuat dan memiliki peran penting dalam mencetak generasi berkarakter.

Saat ini terdapat 193 pondok pesantren di Kabupaten Kediri dengan jumlah santri mencapai 578 ribu orang. Setiap pondok pesantren, menurut Mas Dhito, memiliki kontribusi besar dalam membangun moral dan karakter para santri.

Meski pemerintah daerah menghadapi pengurangan transfer kas dari pemerintah pusat, Pemkab Kediri memastikan program-program keagamaan tetap berlanjut. Salah satunya adalah program bantuan stimulan bagi pondok pesantren yang sedang berkembang. Hanya saja, Mas Dhito menyampaikan bahwa alokasi bantuan harus disesuaikan akibat efisiensi anggaran.

“Di data kami ada 51 pondok. Untuk tahun ini kita upayakan 10 pondok. Rencana awal 20, tapi karena pengurangan transfer kas daerah mau tidak mau kami harus melakukan penyesuaian,” ujarnya, Rabu (22/10/2025).

Baca juga:
DC-KB-TK Khairunnas Bojonegoro Rayakan Hari Santri dengan Cinta dan Kepedulian

Selain itu, program insentif atau bisyaroh bagi guru madrasah diniyah, termasuk guru agama non-muslim, yang telah berjalan sejak 2021 juga dipastikan tetap diteruskan. Program ini ditargetkan dapat mencakup 15 ribu guru, dengan penerima saat ini telah mencapai 9.500 guru, dan masing-masing juga memperoleh perlindungan BPJS Ketenagakerjaan.

Pada tahun 2025, pemerintah daerah juga menyiapkan program beasiswa untuk santri dan hafidz dengan total 140 penerima.

Baca juga:
Hari Santri 2025, BALAD Grup Resmikan 'Jihad Ketahanan Pangan' Rumput Laut Dunia

Dalam momentum Hari Santri, Mas Dhito mengingatkan kembali sejarah 22 Oktober yang berakar dari Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari tahun 1945 di Surabaya. Di masa kini, lanjutnya, jihad dapat dimaknai sebagai perjuangan dalam bentuk pengabdian dan pendidikan yang dilakukan para guru dan masyayikh.

“Maka hari ini, bersama seluruh pondok pesantren dan para santri di Kabupaten Kediri, kita jaga kabupaten ini tetap menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” tegasnya.