Pixel Codejatimnow.com

Peringati Hari Down Syndrom Sedunia, Ubaya Luncurkan Edu Batik

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Arry Saputra
Mahasiswa Ubaya menunjukkan hasil karyanya
Mahasiswa Ubaya menunjukkan hasil karyanya

jatimnow.com- Lima Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) meluncurkan Edu Batik yang terinspirasi dari para penderita Down Syndrom.

Peluncuran ini sekaligus untuk memperingati Hari Down Syndrom Sedunia yang jatuh pada tanggal 21 Maret 2018 dan perayaan Dies Natalis Universitas Surabaya (UBAYA) yang ke 50 tahun.

Lima mahasiswa yang membuat karya Edu Batik itu adalah Chessa Uly Thalia, Imelda Sukamto, Fernando Tjahjono dan Yesica Athisky Gunawan (Fakultas Teknobilogi) dan Dian Iqbal Fanani (Fakultas Industri Kreatif).

Karya yang diangkat menjadi tugas akhir mata kuliah Kewirausahaan didasarkan pada molekul-molekul biologi, yaitu Trisomy dan molekul Insulin.

Molekul Trisomy ini biasanya dialami oleh penderita down syndrome yang mempunyai kelebihan satu buah kromosom 21 dalam dirinya. Sedangkan molekul Insulin dapat menjadi indikator gejala penyakit diabetes mellitus.

Chessa Uly Thalia, salah satu mahasiswa yang tergabung dalam tim itu menjelaskan bahwa pembuatan karya itu pertama-tama tim dari Cheesa dari Fakultas Bioteknologi menentukan molekuler apa yang ingin digunakan.

“Peran tim kami dalam pembuatan edu batik ini adalah mencari bentuk-bentuk molekuler yang memungkinan untuk diterapkan ke dalam desain batik. Setelah itu, dijelaskan apa maksud dari bentuk tersebut,” kata Chessa.

Baca juga:
Kasus Korupsi Mencuat, Akademisi di Malang Soroti Integrasi Pendidikan

Setelah proses penentuan molekuler, diskusi dilakukan dengan Iqbal dari Fakultas Industri Kreatif. Mereka berkumpul untuk membuat sketsa.

Berbagai motif yang dihasilkan melalui sketsa, kemudian didiskusikan dengan beberapa dosen dan dipilih mana yang menarik untuk diangkat.

“Molekul Trisomy dipilih sebagai bentuk kepedulian kami, sekaligus ingin menyadarkan kembali kepada masyarakat luas jika di lingkungan kita terdapat penderita down syndrome,” kata dia.

Sementara itu, dosen pendamping Sulistyo Emantoko menjelaskan bahwa rantai DNA yang menguntai antara lingkaran molekul juga untuk memberikan simbolisasi penerimaan kepada individu dengan down syndrome untuk bekerja di tengah masyarakat.

Baca juga:
Pengetahuan Lalu Lintas Masuk Kurikulum Belajar Siswa di 2024

“Penderita down syndrome sebenarnya terlambat dalam proses pertumbuhan maupun perkembangannya, tapi di sisi lain mereka selalu terlihat ceria seperti tidak pernah bersedih,” jelasnya.

Oleh karena itu, di usia Ubaya yang ke 50 tahun ini, pihaknya ingin merangkul masyarakat yang lebih luas dan memahami lebih dalam tentang individu dengan down syndrome.

“Inilah salah satu alasan utama kami dalam mengangkat fenomena ini,” pungkasnya.

Reporter: Arry Saputra
Editor: Arif Ardianto