Pixel Codejatimnow.com

Sabet Juara, Berkat Inovasi Pembuatan Beton dari Sampah Bangunan

ketiga mahasiswa UK Petra saat melihat pembuatan beton
ketiga mahasiswa UK Petra saat melihat pembuatan beton

jatimnow.com — Sisa reruntuhan gedung seperti gragal bongkahan tembok rumah maupun gedung, pasca gempa bumi biasanya hanya menjadi sampah bangunan.

Namun ditangan Ricky Surya, Kent Setiono, dan Nico Christiono (mahasiswa UK Petra Surabaya). Sampah bangunan seperti gragal, bubuk kalsium karbonat itu berhasil sebagai bahan pencampur pembuatan beton berkualitas.

Ricky mengatakan pemanfatan bahan sampah bangunan itu dapat mengurangi penggunaan semen sebesar 42 persen. Dan kelebihan lainnya beton tersebut juga dapat mempercepat pemadatan.

"Pemanfaatan gragal batu bata ini akan dapat mengurangi buangan yang tak terpakai misalnya saat merenovasi rumah ataupun memanfaatkan bagian bangunan yang runtuh pada saat terjadi bencana alam gempa bumi, sedangkan kalsium karbonat membantu menambah kekuatan beton umur awal," urai Ricky saat di temui dikampusnya, Rabu (28/11/2018).

Ia menjelaskan sebelum dicampurkan gragal batu bata dan kalsium karbonat itu terlebih dahulu dihancurkan dalam bentuk butiran halus, selanjutnya dapat di campurkan kedalam adonan betonnya.

"Pemanfaatan gragal batu bata ini akan dapat mengurangi buangan yang tak terpakai misalnya saat merenovasi rumah, ataupun memanfaatkan bagian bangunan yang runtuh pada saat terjadi bencana alam gempa bum. Sedangkan kalsium karbonat membantu menambah kekuatan beton umur awal," urainya.

Atas ide cemerlang itu tiga mahasiswa Prodi teknik sipil itu berhasil sabet juara pertama kompetisi beton tingkat internasional kategori Concrete Competition di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

Baca juga:
Mahaiswa ITS Gagas Modifikasi Aspal dari Limbah Lumpur dan Kelapa Sawit

Ricky mengatakan saat perlombaan itu terdapat dua babak dalam International Concrete Competition (ICC) dalam Civil Week 2018 yaitu babak penyisihan dan babak final. Babak penyisihan, tim Sim Salabim ini harus membuat proposal, video berbahasa Inggris berdurasi 10 menit dan hasil tes beton sebelumnya yang dikirimkan pada panitia.

"Video dan proposal ini menceritakan bagaimana pembuatan beton kuat yang dapat diproduksi massal dengan mempertimbangkan aspek ramah lingkungan, ekonomis, bahan yang mudah didapatkan, dan tidak menyangkal nilai sosialnya," katanya.

Selain bersaing dengan mahasiswa dari Indonesia, tim UK Petra ini juga bersaing mahasiswa dari Filipina, Malaysia dan India. Persiapan yang mereka lakukan hanya sekitar 10 hari disela-sela skripsi.

Baca juga:
Pemkot Surabaya Buka Lomba Inovasi Kota Inovboyo 2024, Buruan Daftar!

"Tim kami telah mencoba inovasi ini di kampus terlebih dahulu hingga lebih dari 10 kali percobaan. Kesulitan terberat bagi kami adalah mempertahankan kondisi beton untuk tetap encer namun bisa memenuhi syarat beton mudah mengalir yang ditentukan," paparnya.