Pixel Code jatimnow.com

Ini Cerita Risma Setelah Tiga Hari di Korea Utara

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Arry Saputra
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat berada di Korea Utara
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat berada di Korea Utara

jatimnow.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berbagi kisahnya setelah melakukan perjalanan selama tiga hari di Korea Utara (Korut). Kunjungan Risma tersebut sebagai Presiden United Cities Local Governments Asia-Pacific (UCLG-ASPAC).

"Saya berkeliling di Kota Pyongyang, pertama di sana diterima Wakil Presiden. Kita lihat rumah sakit, lihat sekolah, di sana bagus-bagus sekolahnya," ungkap Risma, Selasa (11/12/2018).

Baca juga: 

Risma juga menceritakan bagaimana akses komunikasi yang menurutnya cukup sulit di sana. "Saya nggak bisa komunikasi karena memang telepon nggak bisa digunakan di sana. Jadi kalau aku mau ngerjakan surat-surat, jam setengah 6 harus turun cari free wifi di lobby. Keluar dari lobby udah gak bisa," bebernya.

Namun diakuinya, bahwa bangunan sekolah dan rumah sakit yang tersedia di sana, tergolong memadai bahkan bagus. Tidak seperti yang dibayangan masyarakat tentang Korea Utara pada umumnya.

Baca juga:
Pengamat Soal Terowongan Trenggalek ke Tulungagung: Berat Direalisasikan

"Terus kita ke kota Pyongsong. Itu jalannya mulai gini-gini (bergeronjal). Tapi sekolanya bagus sekali, peralatannya lengkap. Untuk pendidikan, kesehatan, mereka bagus," aku Risma.

Namun, Risma mengatakan bahwa ketersediaan listrik dan air di sana cukup terbatas. Hal tersebut pun membuatnya sedikit kerepotan. Tapi di balik itu dirinya mengambil sisi positif yang dimiliki oleh warga Korea Utara yaitu kemampuan untuk bertahan dalam kondisi serba terbatas.

"Karena di ruangan listrik mereka terbatas, jadi banyak ruangan gak pakai heater. Dalam ruangan juga pakai jaket karena suhunya (-7) waktu aku ke sana," tambahnya.

Baca juga:
Perintah Hasto ke Kader PDIP: Menangkan Kepemimpinan, Bawa Perubahan

Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini merasa salut kepada warga Korea Utara. "Yang jelas mereka bisa survive di kondisi itu. Kemudian nasionalismenya mereka tinggi sekali. Kami tidak mau kehormatan kami ditukar dengan roti. Ada yang ngomong gitu," tutupnya.