Jombang - Sejumlah perajin tahu di Kabupaten Jombang masih ada yang berproduksi meski harga kedelai mencapai Rp11.500 per kilogram.
Seperti Saiful, perajin tahu di Dusun Plosokendal, Desa Plosogeneng, ia mengatakan tetap memproduksi dengan mengurangi kualitas dan ukuran.
"Ya dikurangi ukuran kedelai, tidak berani banyak. Sehari biasanya butuh 54 kilogram, namun saat ini hanya 36 kilogram. Kalau normal biasanya satu kotak 50 sentimeter persegi dibagi jadi 30 potong, kalau sekarang jadi 32 potong, ya kasian juga sama pelanggan kita, tapi ya mau bagaimana lagi," kata Saiful, Selasa (22/2/2022).
Baca juga: Harga Kedelai Impor Terus Naik, 5 Perajin di Kota Kediri Gulung Tikar
Dirinya berharap, harga kedelai impor tidak mahal dan kembali stabil agar perajin tahu tidak gulung tikar akibat mahalnya bahan baku tahu dan tempe itu.
"Dulu bisa dapat 150 ribu, kalau sekarang 100 ribu itu masih kotor, belum dipotong ongkos kerja, ini kan menyiasati dari pada tidak kerja mas. Ya semoga stabil lah, kalau dulu kan di bawah 10 ribu, sekarang sudah sampai 11 ribu lebih," harapnya.
Baca juga: Siasat Pengusaha Tahu Hadapi Harga Kedelai Naik dan Tak Stabil
Hal sama dilakukan oleh perajin tahu Abu Muslik, dirinya terpaksa mengurangi ukuran akibat mahalnya kedelai.
"Sebelum harga naik, per cetakan itu jadi 28 potong, sekarang disiasati jadi 30 potong," tukasnya.
Baca juga: Harga Kedelai Masih Tinggi, Perajin Tempe di Kota Batu Kelimpungan
Biasanya, lanjut Abu, setiap satu kali masak ia bisa mendapat Rp60 ribu dan rata-rata setiap satu orang pengrajin tahu bisa 2 kali masak.
"Jika sekarang tiap orang per satu kali masak dapat 40 ribu bersih," pungkasnya.