Pixel Codejatimnow.com

Harga Kedelai Masih Tinggi, Perajin Tempe di Kota Batu Kelimpungan

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Achmad Titan
Pelaku usaha tempe di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. (Foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)
Pelaku usaha tempe di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. (Foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)

Batu - Tempe merupakan salah satu komoditi andalan warga Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Tak sedikit warga di sana menggantungkan hidup dari makanan olahan berbahan kedelai ini.

Namun tingginya harga kedelai sejak akhir bulan Desember 2021 hingga Februari 2022 belum menunjukkan harga yang membaik. Hal ini membuat mereka kelimpungan.

Seperti yang disampaikan oleh pelaku usaha tempe di Kampung Tempe Beji, Siti Komariah. Meski sempat turun di awal tahun sekarang harga naik lagi.

"Di pasaran mencapai Rp12 ribu perkilogram. Harga tersebut terpantau tinggi dari sebelumnya hanya Rp7.500 per kilogramnya. Sehingga ada kenaikan Rp4.500," bebernya, Jumat (25/2/2022).

Baca juga:
Cara Produsen Kecambah Siasati Meroketnya Harga Kedelai

Agar tidak merugi dirinya bersama pengusaha lainnya terpaksa mengurangi ukuran tempe. Pasalnya jika harga dinaikkan tentu akan memberatkan pembeli. Meskipun harga tidak dinaikkan, dengan mengurangi ukuran saja terkadang tidak laku.

"Karena ukurannya kecil kadang jadi gak laku, sehingga kami tidak mau berisiko dan memilih untuk mengurangi produksi tempe per harinya," ujarnya.

Baca juga:
Produsen Keripik Tempe Kelimpungan Akibat Harga Kedelai Meroket

Jika dalam sehari Siti biasa memproduksi tempe dengan berat kedelai 35 kilogram, kini dikurangi 5 kilogram menjadi 30 kilogram per harinya.

"Harapan kami harga kedelai ini bisa berangsur menurun. Sebab jika terus-terusan naik, tentunya akan menyusahkan pelaku usaha tempe rumahan," tutupnya.