jatimnow.com - Hari Mangrove Sedunia dan Hari Sungai Nasional diperingati dengan aksi penyelamatan mangrove yang memprihatinkan.
Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton Foundation) bersama komunitas Marapaima menemukan ratusan kilogram sampah plastik yang menjerat akar dan batang pohon mangrove di kawasan pesisir Wonorejo, Surabaya, pada Sabtu (26/7/2025).
Aksi bersih-bersih mangrove Wonorejo yang melibatkan 25 relawan berhasil mengevakuasi 800 kilogram sampah plastik. Kondisi ini mengungkap ancaman serius terhadap kelestarian ekosistem mangrove di pantai timur Surabaya.
Baca juga: Gresik Cipta Sejahtera Tanam Ribuan Bibit Mangrove di Kawasan BMC Ujungpangkah
Hasil brand audit sampah yang dilakukan Ecoton menunjukkan dominasi sampah plastik unbrand (kresek, sedotan, styrofoam) sebesar 55%.
Sisanya berasal dari berbagai produsen besar, seperti Unilever (15%), Wings (10%), Indofood (8%), Mayora (7%), dan Garuda Food (5%). Temuan ini menggarisbawahi peran besar produsen dalam permasalahan sampah plastik.
Alaika Rahmatullah, Koordinator Audit Sampah Ecoton, mengungkapkan keprihatinannya. Meskipun plastik yang dapat didaur ulang seperti PET sering terkontaminasi dan dibuang, produksi plastik sekali pakai terus meningkat, sementara infrastruktur daur ulang tak mampu mengimbanginya.
"Daur ulang hanyalah solusi semu tanpa pengurangan konsumsi," ungkapnya.
Lebih lanjut, Alaika menjelaskan bahwa target pengurangan sampah plastik sebesar 70% sesuai Perpres No. 83/2018 tentang penanganan sampah laut belum tercapai.
Baca juga: SIER Tanam 5000 Bibit Mangrove di KRM Surabaya
"Kebocoran sampah dari DAS Brantas menjadi penyebab utama kegagalan ini," tambahnya.
Aksi bersih-bersih di Sumber Mendit, Malang (27/7), yang merupakan kawasan hulu DAS Brantas, juga membuktikan banyaknya sampah plastik yang mengalir ke sungai dan berakhir di pesisir.
Ancaman sampah plastik tidak hanya terbatas pada kerusakan ekosistem mangrove. Meylisa Rheinia Lumintang, Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang, menjelaskan bahaya mikroplastik.
"Mikroplastik telah mencemari rantai makanan laut dan ditemukan dalam tubuh manusia, termasuk darah dan plasenta," kata Meylisa.
Paparan jangka panjang berpotensi menyebabkan gangguan hormon, penurunan kesuburan, dan masalah pada sistem saraf.
Baca juga: Pelindo Terminal Petikemas Rehabilitasi 25 Ha Mangrove di Sulawesi Tenggara
Ecoton mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret. Pertama, pembangunan pagar laut untuk mencegah masuknya sampah plastik ke ekosistem pesisir.
Kedua, optimalisasi pengelolaan sampah di hulu, khususnya di sepanjang DAS Brantas. Ketiga, pelarangan plastik sekali pakai seperti kresek, sedotan, styrofoam, dan sachet multilayer.
Keempat, penguatan kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, dan