jatimnow.com - Usianya boleh belia, namun inovasi yang dilakukan mampu menunjukkan kepedulian terhadap sesama.
Ya, mereka adalah Else Winda Sari (14) dan Radeva Chanika (14). Kedua siswa kelas VIII SMPN 1 Jetis, Ponorogo menciptakannrompi cerdas.
"Awalnya bentuk kepedulian saja. Saya sempat mau menabrak penyandang tuna netra saat malam hari. Orangnya nyeberang begitu saja," kata Else saat bincang-bincang dengan jatimnow.com, Sabtu (20/10/2018).
Baca juga: Wow! Mahasiswa Untag Surabaya Kembangkan Portal Zona Kejahatan di Kota Pahlawan
Dari pengalaman itu, tergerak hatinya untuk membuat rompi bagi tuna netra. Ia pun mengajak temannya Radeva Chanika. Karena kebetulan juga ikut ekstrakulikuler robotik.
Rupanya setelah mengotak-atik, ada perlombaan yang digelar di Surabaya. Yakni Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang digelar pada 22-26 Juli 2018.
Sehingga alat yang berupa rompi cerdas yang sudah diteliti jauh-jauh hari itu berhasil membawa siswi SMPN 1 Jetis Ponorogo tersebut mendapat juara pertama.
"Ya awalnya prihatin. Kok ada lomba ya akhirnya diikutkan lomba tentu dengan berbagai penyempurnaan," beber siswi penyuka novel ini.
Ia menjelaskan, rompi cerdas ini dilengkapi dengan sensor ultrasonik yang berfungsi mendeteksi benda-benda yang berada di depan dan di samping pemakai rompi.
Karya mereka kemudian diberi nama 'Rompi Cerdas Penunjuk Arah dan Pengaman Kecelakaan' untuk Penyandang Tuna Netra. Rompi itu sangat membantu penyandang tuna netra.
Selain sensor ultrasonik, kata dia, juga dilengkapi perintah suara melalui headset yang dipakai pengguna rompi.
"Memang harus memakai headset yang dipasang di telinga," tambahnya.
Baca juga: Wow! Mahasiswa ITS Kembangkan Alat Pengubah Air Laut Jadi Jadi Siap Minum
Nantinya, lanjut ia, jika ada benda di sekitar pemakai pasti ada warning atau peringatan melalui headset.
"Bisa dihindari jika di depan ada halangan," tambahnya.
Tidak hanya itu, di rompi cerdas juga ada lampu led. Ia mengaku jika lampu itu berfungsi untuk orang normal saat malam hari. Jadi lampu tersebut menjadi petunjuk bagi orang di sekitar pemakai rompi.
"Semua sensor tersebut diatur sebuah mikro controller arduino yang sebelumnya sudah lebih dulu diprogram," katanya.
Ternyata untuk menciptakan rompi cerdas bagi tuna netra tidaklah mulus. Menurut Radeva, beberapa percobaan yang dilakukan banyak kendala.
"Dari lima kali percobaan membuat dan memprogram rompi cerdas ini, kami mengalami tiga kali kegagalan dan dua kali berhasil," imbuhnya.
Baca juga: Mahasiswa ITS Ciptakan Rompi Pendeteksi Serangan Jantung Koroner
Untuk membuat rompi cerdas ini, kata Radeva, biayanya cukup murah. Cuma menghabiskan Rp 282 ribu.
"Kalau pakai rompi ini, penyandang tuna netra lebih bisa merasa aman meski tanpa ada yang mengawasi," papar dia.
Sementara guru pembimbingnya, Dwi Sudjatmiko menambahkan sebelum mengikuti lomba di Surabaya, dirinya mengirim beberapa naskah. Namun yang diterima hanya naskah rompi cerdas ini. Total hanya 6 sekolah yang mewakili Jawa Timur dalam ajang OPSI ini.
"Alhamdulilah anak kami berhasil membawa pulang medali emas," tambahnya.
Ia ingin mengembangkan hasil penelitian anak didiknya agar bisa bermanfaat bagi para penyandang tuna netra.