Pixel Codejatimnow.com

Pemuda di Surabaya yang Dipasung Hanya Tinggal Bersama Ibunda

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Erwin Yohanes
Sunarti, ibu Fardan saat dibesuk Kapolsek Tegalsari, Kompol David di rumahnya.
Sunarti, ibu Fardan saat dibesuk Kapolsek Tegalsari, Kompol David di rumahnya.

Baca juga:
6 Tempat Ibadah dalam 1 Lokasi, Bukti Kerukunan Beragama di Surabaya

jatimnow.com - Wajah Sunarti nampak memerah. Ibu 62 tahun itu tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat sejumlah polisi mendatangi rumahnya di Kedung Klinter Gang V No. 6, Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, Surabaya.
 
Sebab, selama ini Sunarti merawat Muhammad Fardana Ikhsan, anaknya itu sendirian di rumahnya. 
 
Fardan tepaksa diikat kedua kaki dan tangannya  diatas ranjang oleh Sunarti. Sebab pemuda 27 tahun itu kerap mengamuk dan memecahkan apapun yang dianggap mengganggunya.
 
"Bapaknya Fardan, sudah meninggal dunia sejak 10 tahun lalu," kata Sunarti saat ditemui di rumahnya, Rabu (28/3/2018). 
 
 
Sunarti mengaku terpaksa memasung anaknya dengan cara diikat dua tangan dan kakinya dalam satu tahun terakhir.
Sebab jika tidak diikat, Fardan kerap memecahkan kaca rumah tetangganya, memukuli motor dan mengejar para tetangga. 
 
"Dia anak terakhir saya. Anak saya tiga dan laki-laki semuanya. Yang pertama sudah menikah dan hidup di Medan. Yang kedua juga menikah dan tinggal sekampung," ungkap Sunarti dengan bahasa Jawa. 
 
Fardan sendiri diikat dua tangan dan kakinya dengan tali kain yang dibelitkan ke kayu dipan miliknya.
 
Dipan itu terletak pada ruang tamu di rumah berukuran 2X4 yang ditempati mereka. Setiap harinya, Sunarti tidur bersama anaknya itu meski ukuran dipannya kecil. 
 
"Selama ini saya kerja serabutan. Paling sehari dapat Rp 20 ribu. Yang penting saya dan anak saya Fardan bisa makan," sambung Sunarti. 
 
Fardan sendiri menderita keterbelakangan mental sejak berumur 5 tahun. Itu terjadi setelah kepala Fardan terbentur kursi di rumahnya. Fardan berbadan kurus. Meski mendengar jelas apa yang diucapkan orang lain. Fardan hanya bisa menjawab dengan bahasa yang kurang jelas.
 
Reporter: Narendra Bakrie
Editor: Erwin Yohanes