Pixel Codejatimnow.com

Mengenal Mbah Suwarno, Sang Penakluk Pohon Tinggi di Banyuwangi

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Irul Hamdani
Mbah Suwarno menaklukkan pohon setinggi 10 meter di Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi/jatimnow.com
Mbah Suwarno menaklukkan pohon setinggi 10 meter di Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi/jatimnow.com

jatimnow.com - Ada sosok penting di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Banyuwangi. Bukan karena jabatannya, tapi nyali dan keahlian sosok ini belum tergantikan orang lain.

Dialah Suwarno, pria asal Desa Tulungrejo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Pria 60 tahun yang akrab disapa Mbah Suwarno itu menjadi andalan saat timnya melakukan pemangkasan pohon tinggi. Mengapa?

Ya, Mbah Suwarno dikenal sebagai penakluk pohon tinggi. Saat pemangkasan pohon dengan ketinggian di atas 7 meter, apalagi dengan cuaca buruk seperti sekarang, hanya dia yang berani melakukan.

Jumat (25/1/2019) lalu, jatimnow.com mengikuti aktivitas Mbah Suwarno memangkas salah satu pohon mahoni setinggi 10 meter di tepi Jalan Raya Provinsi di kawasan Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.

Tanpa ragu, Mbah Suwarno memanjat dengan lincah hingga ke ujung cabang pohon paling tinggi. Satu persatu dahan dan ranting dipangkasnya dengan parang. Pria berpawakan kecil tersebut terlihat begitu tenang di ketinggian.

Mbah Suwarno berbagi cerita kepada jatimnow.com, Jumat (25/1/2019)

Mbah Suwarno tidak sedikitpun takut. Justru raut muka rekan-rekannya yang berada di bawah pohon terlihat cemas dan serius. Apalagi saat melihat Mbah Suwarno berpindah dari cabang ke cabang pohon lainnya. Sebab salah pijak sedikit saja, maka nyawa menjadi taruhannya.

"Yang paling penting pikiran harus tenang. Yang kedua, anggap saja tidak ada (resiko) apa-apa," cetus Mbah Suwarno, berbagi rahasia keberaniannya kepada jatimnow.com usai dirinya beraktivitas.

Ia menambahkan, sebenarnya ia telah pensiun pada Oktober 2017 silam. Jabatan terakhirnya saat itu sebagai Juru Jalan (Mandor). Namun, dia dikaryakan kembali di Dinas PU Bina Marga Jawa Timur UPT Banyuwangi karena keahliannya masih dibutuhkan.

"Saya mulai bekerja tahun 1976. Kemudian pada 1980 diangkat menjadi PNS sebagai Mandor. Tugas apapun saya kerjakan, salah satunya mangkas pohon-pohon besar milik Bina Marga," urainya.

Selama bekerja, ia beberapa kali mengalami kejadian yang nyaris merenggut nyawanya. Bahkan biji kemaluannya hilang akibat ia terjatuh dan menghantam batang pohon diantara kedua pengkal kakinya.

"Kalau digigit ular berbisa beberapa kali. Alhamdulillah saya tawar racun," kisahnya.

Baca juga:
352 Pedagang Pasar Banyuwangi Direlokasi

Selain itu, ada pengalaman lucu yang diceritakan Edi Gunawan, rekan Mbah Suwarno. Saat itu Mbah Suwarno ditugaskan untuk memangkas salah satu pohon besar di tepi Jalan Raya Provinsi yang ada di Banyuwangi.

Ternyata pohon yang dipanjat Mbah Suwarno adalah sarang semut angkrang. Seketika saja tubuh Mbah Suwarno dikerubuti dan digigit semut di atas pohon. Namun, ia tetap bertahan hingga tugasnya selesai.

"Turun dari pohon, Mbah Suwarno langsung lari dan telanjang di tengah sawah, karena kemaluannya dipenuhi angkrang yang menggigitnya," jelas Edi, yang bekerja di bagian peralatan ini.

Dinas PU Bina Marga Jawa Timur UPT Banyuwangi saat ini tengah mencari sosok pengganti setelah Mbah Suwarno pensiun. Namun hingga kini, belum satupun orang yang bisa menggantikannya.

Joko Purwono, salah satu Pengamat Jalan (Kepala Wilayah) Dinas PU Bina Marga Jawa Timur UPT Banyuwangi, menjelaskan, tugas yang diemban Mbah Suwarno tidak hanya berurusan dengan nyali. Namun juga keahlian dengan teknik yang mumpuni.

"Bukan asal bernyali saja, tapi harus punya kemampuan memotong dengan akurasi sempurna," jelasnya.

Baca juga:
Mengenal Ritual Seblang Olehsari di Banyuwangi, Menari 7 Hari Berturut-turut

Dia mencontohkan, saat memangkas dahan atau cabang pohon di ketinggian, harus bisa membaca situasi. Seperti kecepatan dan arah angin serta sebagainya. Karena jika asal memotong sudah pasti akan mencelakai dirinya atau orang lain dan atau keduanya.

"Belum lagi potensi ancaman serangan hewan berbisa di pohon. Misal ular dan semut," pungkasnya.

Bagaimana, apakah ada yang tertarik menggantikan posisi Mbah Suwarno?