Pixel Codejatimnow.com

Barongsai dan Barong Osing Tersaji di Festival Imlek Banyuwangi

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Hafiluddin Ahmad
Pertunjukan Barongsai di Banyuwangi/ foto istimewa
Pertunjukan Barongsai di Banyuwangi/ foto istimewa

jatimnow.com - Festival Imlek yang digelar di halaman Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hoo Tong Bio Banyuwangi menjadi bagian dari kalender wisata Banyuwangi Festival.

Kelenteng Hoo Tong Bio, Selasa malam (19/02/2019) itu terlihat semarak. Ribuan lampion dan ornamen-ornamen berwarna merah menjadi ciri khas perayaan Imlek, dipasang di sepanjang jalan menuju TITD yang berada di Jalan Gurame nomor 54 Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi.

"Perayaan Imlek ini, menjadi simbol persatuan bagi kita, rakyat Banyuwangi. Tidak hanya persatuan dengan kehadiran kita, tapi juga kesatuan dalam kebudayaan kita," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Spirit persatuan itulah yang mendorong pemerintah daerah menjadikan Imlek sebagai bagian Banyuwangi Festival. Menurut Anas, tidak sekedar sebuah atraksi, namun ini adalah bagian untuk mengukuhkan ikatan persaudaraan dan kebudayaan.

"Meski warga Tionghoa di sini tidak sampai lima persen, namun kemeriahan sekaligus animo masyarakat yang hadir telah menegaskan persatuan dan toleransi yang tinggi yang telah dibangun oleh seluruh warga dan etnis di Banyuwangi," ujarnya.

Ekspresi akulturasi budaya pada Festival Imlek ini terlihat dari beragam kesenian yang ditampilkan. Tradisi Tionghoa yaitu Barongsai, berpadu dengan Barong Osing khas Banyuwangi. Begitu juga tetabuhannya, seperangkat gamelan beradu suara dengan tambur dan gong khas negeri tirai bambu.

Baca juga:
Jadwal Imlek 2575 Kelenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri, Tahun Ini Tanpa Barongsai

Dalam Festival Imlek kali ini, juga disuguhkan 10 ribu porsi lontong Cap Go Meh khas komunitas Tionghoa. Sebagai simbol akulturasi tradisi Tionghoa dengan masyarakat di Nusantara.

"Lontong Cap Go Meh adalah akulturasi antara tradisi Tionghoa dengan masyarakat pantura. Diawali di Cirebon, Tegal, Pekalongan dan Lasem lalu tersebar di seluruh komunitas Tionghoa di Nusantara," kata Ketua Majelis Rohaniawan Tridharma Seluruh Indonesia Komisariat Daerah Jawa Timur Leman Kristanto.

Tradisi lontong Cap Go Meh disajikan sebagai penutup rangkaian Imlek, yaitu pada tanggal 15 bulan pertama dalam kalender Tionghoa. "Cap Go" sendiri berarti lima belas, sedangkan "Meh" artinya malam.

"Ini adalah momen pertama orang Tionghoa melihat purnama. Hal ini diperingati untuk suatu harapan kehidupan yang akan terus terang sepanjang tahun," ungkapnya.

Baca juga:
Pemkot Malang Fokus Kendalikan Inflasi Jelang Pemilu dan Imlek 2024

"Masyarakat Tionghoa meyakini, dengan menyantap lontong tersebut akan mendapat kebaikan di tahun yang baru ini. Ini pula yang kami harapkan untuk seluruh warga Banyuwangi," pungkas Leman.