Pixel Codejatimnow.com

Di Balik Berdirinya Pura Pemujaan Leluhur Majapahit di Mojokerto

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Supriyadi
Pura Sasana Bhina Yoga di Dusun Sumberrejo, Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto
Pura Sasana Bhina Yoga di Dusun Sumberrejo, Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto

jatimnow.com - Umat Hindu Dharma di Mojokerto telah mendirikan Pura pemujaan untuk para leluhur Majapahit di kawasan Pura Sasana Bhina Yoga, Dusun Sumberrejo, Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari. Ada cerita lain dari pembangunan Pura tersebut.

Pura untuk leluhur Majapahit itu telah berdiri sejak tahun 2016 dan dibangun dengan waktu hanya empat bulan dari target enam bulan pekerjaan.

"Nama pembangunnya Cero Mangku Putu Sumarta, sedangkan arsitek pura yakni Ngurah Wiranata, keduanya asli Bali. Saat pekerjaan, seperti ada yang membantu pekerjaan, karena target pembangunan selama enam bulan, tapi empat bulan sudah selesai, pekerja kayak gak ada capeknya," kata Pemangku Pura Sasana Bina Yoga, Katiran Yudyanto, Rabu (07/03/2019).

Pada lahan seluasa 29x24 meter itu terdapat empat pura. Empat pura itu antara lain Candi Mandala Utama, Candi Pengrurah Pelinggih untuk Ratu Rurah (menjaga keamanan pura), Pelinggih Pengharuman dan Candi Leluhur Majapahit.

"Kami mendirikan candi pemujaan leluhur Majapahit ini adalah untuk mengenang para leluhur majapahit yang mana Raden Wijaya adalah pendiri dari Kerajaan Majapahit dan Tribuana Tungga Dewi ini adalah putra dari Raden Wijaya yang menjadi raja. Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajahmada yang bisa membawa puncak kejayaan Majapahit," paparnya.

Katiran menambahkan, Pura Sasana Bhina Yoga adalah tempat Raden Wijaya mendapatkan petunjuk untuk mendirikan Kerajaan Majapahit.

Baca juga:
Pj Wali Kota Mojokerto Kerja Bakti bareng Warga: Penting untuk Cegah DBD

"Karena menurut pewisik, Pura Sasana Bhina Yoga dulunya tempat pertemuan atau rapat Raden Wijaya dan Arya Wira Raja dan para resi mendapatkan petunjuk untuk mendirikan Kerajaan Majapahit dari sini," jelasnya.

Pembangunan candi ini sempat menjadi pro dan kontra di kalangan Umat Hindu di Mojokerto.

Baca juga:
Mengenal Candi Jabung, Peninggalan Kerajaan Majapahit di Probolinggo

"Pro dan kontra itu pasti ada, karena kurang pemahaman. Pro kontra ini tidak dari umat lain tapi dari sesama umat. Konsepnya tidak boleh lupa, Hindu tidak boleh melupakan leluhur, sebelum kita memuja kepada Tuhan kita harus bakti dulu kepada leluhur," jelasnya.

Di Candi pemujaan leluhur Majapahit ini terdapat patung Tri Buana Tungga Dewi tepatnya di dalam pura. Patung Hayam Wuruk berada di sebelah pinggir, di tengah terdapat sang Raja Raden Wijaya, sedangkan bagian depan patung Gajahmada.

"Kalau ibadah sehari-hari kita langsung ke Mandala Utama. Untuk sesaji kita tetap kasih untuk candi pemujaan leluhur Majapahit. Karena kita ibadah khusus untuk berbakti kepada Tuhan, tapi sebelum kita sembahyang kita memberikan aturan sesaji untuk para leluhur Majapahit. Tapi kita tidak ibadah di candi pemujaan Majapahit," pungkasnya.