Pixel Codejatimnow.com

Satu Tahun Bom Surabaya, Umat Muslim Buka Puasa di Gereja

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Arry Saputra
Umat muslim dan jemaat gereja bersatu mengenang tragedi bom Surabaya di  Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya No.1, Surabaya
Umat muslim dan jemaat gereja bersatu mengenang tragedi bom Surabaya di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya No.1, Surabaya

jatimnow.com - Mengenang satu tahun tragedi bom Surabaya dilakukan di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya No.1, Surabaya, Senin (13/5/2019). Kegiatan itu dimulai dengan buka puasa bagi umat muslim di dalam gereja.

Pantauan di lokasi, saat adzan maghrib berkumandang, puluhan orang mengantre di lorong menuju ruang serba guna gereja. Para jemaat membagikan segelas kolak pisang. Dengan senyuman mereka berbaur dan bersatu dalam keberagaman.

"Silahkan, nggih. Monggo. Adanya ini. Monggo," ujar seorang jemaat laki-laki seraya menyerahkan gelas berisi kolak kepada salah satu umat muslim.

Empat wanita paruh baya juga terlihat membawakan air mineral dalam kemasan botol. Para umat muslim yang ada dalam gereja membatalkan puasanya dengan makanan dan minuman yang telah disediakan para umat katolik. Para umat muslim kemudian diberi nasi kotak.

"Sudah minumnya? Mau lagi? Silahkan," tutur jemaat wanita sambil menawarkan air minum kemasan.

Baca juga:  Berita Foto: Begini Suasana Usai Ledakan Bom di Gereja di Surabaya

Salah satu pengurus gereja, Deograsias Yoseph menyampaikan, menu buka bersama ini disediakan oleh pengurus Gereja Santa Maria Tak Bercela. Bersatunya umat lintas agama itu dilakukan untuk mengenang tragedi bom Surabaya yang terjadi 13 Mei 2018 lalu.

"Sebagai tuan rumah, kami menyediakan takjil dan buka puasa, supaya kita sama-sama bisa gembira menikmati acara hari ini," ujar Yoseph.

Baca juga:
Polisi Beberkan Kaitan Para Terduga Teroris Jatim dengan Bom Surabaya

Sementara Anggi (24), salah satu umat muslim yang saat itu ikut berbuka puasa menyampaikan bahwa suasana kehangatan dari sebuah toleransi sangat terasa di gereja yang tepat satu tahun lalu dibom oleh kelompok teroris.

"Buka puasanya sih biasa saja. Tapi suasananya itu loh, hangat dan menyenangkan," tuturnya.

Tanggal 13 Mei 2018 lalu itu, membuat aktivitas di Kota Surabaya seolah lumpuh. Betapa tidak, tiga gereja di tiga titik berbeda diledakkan oleh kelompok teroris dengan cara bom bunuh diri.

Tiga gereja yang diledakan itu adalah Gereja Katolik Santa Maria Tak bercela, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya di Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Jalan Arjuna.

Baca juga:
16 Korban Bom Surabaya Dapat Kompensasi dari Pemerintah

Kelompok teroris yang meledakkan diri di tiga gereja itu merupakan satu keluarga. Sang kepala keluarga Dita Oepriarto (48) merencanakan aksi itu bersama istrinya Puji Kuswati (43). Kedua orangtua ini sungguh biadab, sebab saat beraksi, keduanya memasang bom pada tubuh anak-anaknya yaitu dua anak perempuannya FS (12) dan FR (9) serta dua anak laki-lakinya YF (18) dan FA (16).

Dua putra laki-laki Dita berboncengan mengendarai motor dan masuk ke halaman Gereja Santa Maria Tak Bercela dengan cara meledakkan diri di halaman gereja. Kemudian Puji bersama kedua anak perempuannya meledakkan diri di GKI Diponegoro.

Sementara setelah menurunkan istri dan dua putrinya, Dita melanjutkan aksinya di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jalan Arjuna. Dita menabrakkan mobilnya untuk memaksa masuk ke gereja sembari meledakkan diri.

Aksi bom bunuh diri yang dilakukan Dita dan keluarganya itu menewaskan 18 orang yang terdiri dari 6 pelaku (Dita sekeluarga) serta 12 masyarakat.