Pixel Codejatimnow.com

Cawali Surabaya Jalur Independen, Pengamat: Jalan Terjal dan Berat

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Jajeli Rois
Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam
Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam

jatimnow.com - Calon Wali Kota Surabaya dari jalur independen bakal melalui jalan terjal dan berat untuk memenangi Pemilihan Wali Kota Surabaya 2020.

"Jalan terjal dan berat. Tapi potensial memberi kejutan jika figurnya kuat dan punya magnitude yang wow," kata pengamat politik dari staf pengajar Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, kepada jatimnow.com, Kamis (4/7/2019).

Menurutnya, figur tidak hanya pada calon wali kota saja, tapi juga pasangannya sebagai calon wakil wali kota harus memiliki daya kejut yang kuat.

Selain itu, calon juga harus memiliki kapasitas dan visi lebih dari wali kota sekarang ini (Tri Rismaharini).

"Juga diperlukan paket lengkap untuk calon independen yang punya kapasitas ekstra. Termasuk visi dan kapasitasnya lebih dari Bu Risma atau sebanding dengan Bu Risma dalam urusan menangani kota," katanya.

Ia menegaskan, pasangan cawali-cawawali independen yang minimalis dan tidak punya daya tarik lebih, maka akan sangat sulit menandingi pasangan calon yang melalui jalur partai politik.

Baca juga:
Rumor Gus Muhdlor Masuk Gerindra Jatim Mencuat, Begini Kata Sadad

"Jika paket itu minimalis, tentu kian berat karena calon-calon yang diusung partai di Surabaya amat kompetitif," tuturnya.

"Calon independen yang ingin maju Pilwali Surabaya nggak bisa memakai jurus bonek (bondo nekat) saja. Harus berhitung segala sesuatunya lebih cermat, termasuk berhitung potensi meraih ceruk suara mengambang (swing dan undecided voters yang pertumbuhannya kian signifikan di Surabaya," terangnya.

Ia menegaskan kembali, pasangan calon independen harus memiliki paket lengkap dan punya daya kejut wow. Kapasitas, kapabilitas, trackrecord dan visi memberi harapan rasional dan progresif pada pembangunan kota ke depan.

Baca juga:
Pencitraan Caleg: Tak Boleh Salah, Tapi Boleh Bohong

"Pilkada faktor utama tetap pada kekuatan figur. Jadi kontribusi paling besar pada faktor figur harus punya popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas yang kuat. Setelah itu, baru faktor lain sebagai tambahan atau pelengkap," katanya.

"Jadi kalau ada kader partai tidak punya jalan di partainya dan maju lewat jalur independen, kalau figurnya tidak wow tetap saja menurut saya akan berat," jelasnya.