jatimnow.com – Nenek Sarjinah (80), warga Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo mengalami penderitaan luar biasa di usianya yang senja.
Ia harus merelakan kehilangan mata kirinya akibat terkena kanker kulit. Wanita yang tinggal sebatang kara di sebuah gubug reot berukuran 4x4 meter ini hanya bisa melihat dengan mata sebelah kanan saja.
Ketika jatimnow.com berkunjung ke rumahnya, Nenek Sarjinah sedang berbaring di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu.
"Monggo pinarak ten ngajeng (Silahkan duduk di depan)," katanya, Minggu (18/8/2019).
Dengan susah payah, Nenek Sarjinah bangun lalu menuju ruang tamu. Terlihat mata sebelah kiri nenek Sarjinah diperban. Meski begitu bau seperti daging membusuk tercium samar-samar di rumahnya.
"Maaf ya, ini mata nenek ditutupi karena memang menderita sakit kanker. Ini mata nenek sudah hampir hilang," katanya.
Penderitaannya dimulai lima tahun lalu. Saat mandi, Nenek Sarjinah merasakan tiba-tiba tahi lalat yang ada di sekitar matanya lepas.
Tahi lalat yang lepas tersebut akhirnya menimbulkan gatal-gatal berkepanjangan. Ia pun hanya bisa menggaruk saja tanpa bisa mengobatinya karena keterbatasan biaya.
Selama tiga bulan dirinya menderita gatal-gatal di sekitar matanya. Ia juga tidak memeriksakan kondisinya ke dokter karena tidak mempunyai biaya.
Dirinya yang hanya berjualan kembang setaman (bunga untuk ziarah makam) tidak mempunyai biaya untuk berobat. Selain itu, dirinya juga tidak ada yang mengantarkan untuk berobat.
"Muncul gatal-gatal, ya saya garuk saja dengan tangan. Tapi lama-lama juga sakit," jelasnya.
Karena tidak tahan dengan gatal yang terus menyiksa, Ia kemudian meminta tolong kepada tetangga depan rumahnya untuk mengantarkan ke Puskemas.
"Saya minta tolong kepada tetangga di depan yang bernama Sulis mengantarkan. Karena saya sendirian tidak ada keluarga lain," katanya.
Baca juga:
Spesifikasi RS Kemenkes: Super Hub Layanan Kanker, Stroke dan Jantung di Surabaya
Dari hasil pemeriksaan dokter, Ia didiagnosa menderita penyakit kanker kulit. Ia pun dirujuk untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Harjono Ponorogo.
"Saya masih takut saat itu. Hanya ingin berobat di puskesmas. Jadi cuma diobati seadanya, hanya diperban begitu saja oleh dokter di puskesmas," jelasnya.
Selama menjalani pengobatan yang dilakukan di puskesmas, penyakit yang ia derita tidak kunjung sembuh. Dengan memberanikan diri, Nenek Sarjina kemudian bersedia berobat ke RSUD dr Harjono dan diperiksa oleh dokter spesialis bedah, dr Heru Iskandar.
"Dokter bilang katanya kanker saya sudah stadium 4. Dan harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya atau di Solo," terangnya.
Rujukan tersebut ditolak oleh Nenek Sarjinah karena tidak mempunyai biaya untuk perjalanan ke Solo. Selain itu dirinya tidak mau merepotkan tetangganya.
"Kalau BPJS saya punya. Tapi kan biaya wira-wiri (perjalanan). Di Solo atau Surabaya tidak mungkin sehari, pasti bolak-balik," katanya.
Baca juga:
Bupati Gresik Resmikan Gedung IPKT RSUD Ibnu Sina, Sinergi Layani Pasien Kanker
Ia hanya bisa berharap agar pemerintah mau untuk memperhatikan kondisinya.
"Pingin sembuh. BPJS sudah punya tapi kan biaya ke Solo tidak ada," katanya.
Dokter spesialis bedah RSUD dr Harjono, dr Heru Iskandar membenarkan jika pihaknya telah memeriksa kondisi Nenek Sarjinah. Namun, untuk mengobatinya tidak bisa dilakukan di RSUD dr Harjono.
"Kami belum ada alatnya. Memang harus dibawa ke rumah sakit type A seperti Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya dan Rumah Sakit dr Mawardi Surakarta," katanya.
URL : https://jatimnow.com/baca-18968-sebatang-kara-nenek-sarjinah-relakan-kanker-kulit-gerogoti-matanya