Pixel Code jatimnow.com

Kisah Sumur Mumbul Pasuruan, Sumber Air Tumpuan Warga di Musim Kemarau

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Moch Rois
Salah satu warga mengambil air bersih yang keluar dari Sumur Mumbul Pasuruan
Salah satu warga mengambil air bersih yang keluar dari Sumur Mumbul Pasuruan

jatimnow.com - Sebuah sumur tua yang berada di Desa Glagahsari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, menjadi jujugan warga setempat dan sekitar, di saat kemarau panjang dan kekeringan melanda. Sumur tua itu dikenal dengan nama Sumur Mumbul.

Sesuai namanya, Sumur Mumbul ini memiliki air yang melimpah. Bahkan hingga kini, air itu masih bisa dinikmati ribuan masyarakat desa setempat, hingga warga desa tetangga.

"Dahulu waktu saya kecil, saat musim kemarau, sumur ini kering. Akhirnya, ayah saya (Tarji) setiap tahun menyewa tukang gali sumur untuk menperdalamnya," jelas Heni Kusuma (47), anak Tarji.

Hingga pada tahun 1985 silam, dua orang tukang gali sumur memperdalam sumur tersebut. Kedua orang itu dikejutkan dengan munculnya sumber air besar dari dalam sumur.

"Salah satu penggali sumur itu namanya Pak Mansur, satunya saya lupa. Jadi, saat sumber besarnya keluar itu, mereka berdua cepat-cepat memanjat keluar sumur. Seperti balapan sama airnya yang naik ke atas," kisah suami dari Yudhi (50) ini.

Saat itu, sumber air yang keluar dari dalam sumur akhirnya meluber hingga ke atas, sehingga membuat warga sekitar heboh. Selama satu minggu, air yang muncul itu berwarna putih seperti susu. Setelah itu, air berubah jadi jernih.

Heni Kusuma, menunjukkan Sumur Mumbul, milik orangtuanyaHeni Kusuma, menunjukkan Sumur Mumbul, milik orangtuanya

Dari peristiwa itulah, lanjut Heni, masyarakat desa setempat menyebutnya dengan Sumur Mumbul.

"Di tahun pertama sampai dapat dua tahunan, sumur ini banyak didatangi orang sakit. Banyak orang digotong untuk dimandikan di sumur ini. Karena banyak disalahgunakan, akhirnya sumur ini ditutup oleh pemerintah," ungkapnya

Baca juga:
Pesan Menhan Prabowo Saat Resmikan 15 Titik Sumber Air Bersih di Madura

Kini, luberan air dari sumur mumbul itu dipipanisasi masuk ke dapur rumah-rumah penduduk desa. Untuk pengelolaannya, diatur oleh masing-masing Ketua RT secara musyawarah.

"Meski sumur ini berada di dalam tanah orangtua saya, namun baik orangtua saya dulu ataupun saya sekarang, tidak menarifnya kepada setiap orang yang mengambil air. Semuanya gratis," paparnya.

Tidak hanya ke rumah warga, air dari sumur tersebut juga dinikmati secara gratis oleh para santri yang belajar di Pondok Pesantren yang tidak jauh dari Sumur Mumbul.

"Derasnya aliran air yang keluar dari dalam sumur ini tak seperti dulu. Karena sekarangkan mulai ada sumur bor," tambahnya.

Baca juga:
Kebakaran Hutan di Sambit Ponorogo, Warga Kehilangan Akses Sumber Air Bersih

Dan pada saat musim kemarau datang seperti sekarang, debit air Sumur Mumbul yang keluar jadi menurun. Sehingga, ada sebagian rumah warga yang tidak teraliri air dari pipa Sumur Mumbul. Kondisi inilah bisa membuat antrean panjang terjadi.

"Kalau kemarau mas, yang antre bisa panjang mas," jelas Cahyono (40), warga Dusun Gelatik, Desa Glagahsari, yang saat itu mengambil dua galon air dari Sumur Mumbul untuk keperluan masak dan minum.

Sementara, Rudi (44), warga Desa Kesiman, Kecamatan Sukorejo, yang saat itu membawa tiga drum kecil mengaku, air sumur miliknya di musim kemarau ini hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci kedelai buat usaha tempe miliknya. Sehingga untuk minum dan memasak, ia mengambil air Sumur Mumbul ini.

"Air di sini (Sumur Mumbul) jernih dan segar. Lebih jernih dari air sumur bor yang ada di sisi timur Desa Glagah sini," pungkasnya.