jatimnow.com - Negara Thailand sukses mengemas sungai yang awalnya hanya untuk transportasi orang dan barang saja, menjadi sebuah destinasi wisata yang digemari para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Sungai yang mendunia itu adalah Chao Phraya.
Sarana transportasi di Sungai Chao Phraya itu sudah beraktivitas sejak Thailand didirikan pada tahun 1782. Sungai Chao Phraya itu merupakan pertemuan empat sungai kecil, Ping, Wang, Yom, dan Nan, di daerah Nakhon Sawan yang berada di wilayah utara Thailand.
Dikelola secara profesional, kini sungai yang biasanya disebut 'Sungai Raja' itu menjadi andalan di Thailand. Otoritas setempat mengeklaim kunjungan wisatawan mancanegara ke Thailand, khususnya Kota Bangkok, tahun 2018 mencapai angka 20 juta jiwa.
Bahkan menjelang akhir tahun 2019 ini mereka mencatat sudah di angka 22 juta jiwa.
Keberhasilan mengelola Sungai Chao Phraya itu sehingga dijadikan jujugan studi banding bagi kota-kota lain. Seperti halnya rombongan jurnalis dari Kota Surabaya yang ingin belajar menyulap Sungai Kalimas menjadi destinasi bagi Kota Pahlawan dan mampu menarik wisatawan baik lokal maupun asing.
Dipimpin Kadis Kominfo Surabaya M. Fikser serta sejumlah pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Surabaya, bersama melakukan studi banding transportasi air di Bangkok.
Dari pengamatan wartawan jatimnow.com yang ikut dalam rombongan, Sungai Chao Phraya terlihat indah. Sekitar pukul 15.30 waktu Bangkok, wisatawan baik dari Asia maupun Eropa berjejer di bantaran sungai mengantri untuk diangkut kapal wisata menyusuri keindahan sungai pada sore hari di Negara Gajah Putih itu.
Dibantaran Sungai Chao Phraya, terdapat banyak dermaga kecil dan ratusan perahu siap mengangkut wisatawan. Perahu mulai beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 19.00 waktu setempat.
Harga yang ditawarkan pun banyak pilihan. Untuk turis asing disediakan perahu berbendera biru yang artinya bisa digunakan turis dilengkapi pemandu wisata dibanderol dengan tarif 500 Baht per orang.
Biasanya dari dermaga itu menyeberang ke kuil legendaris yang bisa ditemui di sepanjang aliran sungai. Mulai dari Grand Palace di area Rattanakosin, Wat Pho, atau patung Buddha sedang istirahat (konon terbesar di dunia), Wat Arun, dan Chinatown
Saat malam tiba, ratusan wisatawan akan memenuhi dermaga-dermaga sungai. Karena saat malam, Sungai Chao Phraya menyuguhkan gemerlap keindahan lampion-lampion dan alunan musik yang akan menemani para wisatawan yang akan makan malam di rumah makan apung.
Di atas kapal restoran apung itu juga para wisatawan juga akan disapa gedung pencakar langit yang menghiasi kota Bangkok.
Tidak hanya itu, jika ditelisik lebih jauh Bangkok menjadi pesat dalam pembangunan seperti sekarang berkat adanya sungai ini. Sungai ini terus dirawat untuk mengatasi masalah banjir di Thailand terutamanya di Bangkok.
Dalam perawatan Sungai Chao Phraya, pihak berwenang menyiagakan petugas patroli air yang bertugas mengangkut sampah yang ada di sungai tersebut.
Proses wisata Sungai Chao Phraya menjadi jujukan wisatawan menjadi alasan rombongan OPD kota Surabaya dan para wartawan untuk melakukan studi banding.
Bersama-sama mempelajari cara mengemas sungai di tengah kota mampu menjadi tumpuan wisata sehingga bisa menggerakkan ekonomi di Kota Surabaya.
"Sungai di Kota Bangkok sudah menjadi destinasi wisata air yang dikenal di Asia Tenggara. Bahkan di dunia. Karena itu kami perlu belajar pengelolaan wisata air di Kota Bangkok ini," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Muhammad Fikser, usai menggelar pertemuan di Balai Kota Bangkok, Thailand, Senin (28/10/2019) lalu.
Puluhan orang yang tergabung dalam rombongan itu, memantau secara detail terhadap pengelolaan pariwisata dan transportasi air di kota ini.
Sepintas, warna air di Sungai Chao Phraya memang sama seperti di Sungai Kalimas yakni berwarna kecoklatan namun keindahan menawan untuk berpelesir sambil melihat pemandangan kota.
"Ada beberapa hal yang kita pelajari untuk dijadikan referensi pembangunan di Surabaya. Utamanya pariwisata dan transportasi airnya. Wisata air di Bangkok sudah maju dan diminati wisatawan Asia dan Eropa. Terbukti banyak turis Asia dan Eropa telah mengunjungi wisata sungai ini," terangnya.
Fikser menambahkan, dipilihnya Bangkok sebagai tempat studi banding pengembangan pariwisata dan transportasi air karena Bangkok menjadi kota destinasi wisata terbaik di Asia.
Bahkan, sektor pariwisata tersebut telah penyumbang pemasukan devisa tertinggi bagi negara Gajah Putih tersebut.
Sungai Chao Phraya cukup besar. Sungai ini menghubungkan beberapa provinsi di Thailand sehingga airnya melimpah. Pemandangan di pinggir sungai juga dibuat menarik, sehingga wisatawan bisa terpesona.
Baca juga:
8 Destinasi Wisata di Tuban Ini Cocok Dikunjungi Bersama Rekan dan Keluarga
Fikser berharap Pemkot Surabaya bisa mengadopsi konsep wisata Sungai Chao Phraya yang dapat diterapkan di Sungai Kalimas Surabaya.
"Kami ingin tahu cara pengelolaannya. Karena kita punya Sungai Kalimas yang bisa dikembangkan jadi sarana transportasi dari daerah Tanjung Perak sampai ke tengah kota Surabaya. Itu juga bisa dikembangkan pariwisatanya," ujarnya.
Namun ada perbedaan antara Sungai Chao Phraya di Bangkok dengan Sungai Kalimas di Surabaya. Salah satunya terkait keberadaan jembatan-jembatan yang melintas di atas sungai Kalimas.
Di sekitar sungai Chao Phraya, tidak banyak jembatan yang berdiri. Namun, jika dibandingkan dengan Sungai Kalimas sangatlah berbeda, karena masih banyak dijumpai jembatan bersejarah yang bertengger di tengah-tengah sungai andalan Kota Pahlawan ini.
Terlebih tinggi dari jembatan itu tak sama, sehingga menjadi penghalang saat kapal melintas terlebih saat kondisi air sedang pasang.
"Yang jadi masalah jembatan-jembatan tersebut memiliki nilai sejarah tinggi sehingga tidak mungkin dihilangkan. Misalnya Jembatan Merah. Selain itu ada pula posisi jembatannya juga terlalu pendek. Ketika ada air pasang, sungai penuh air, hingga di bawah jembatan tersebut tidak bisa dilalui perahu wisata. Nah, untuk mewujudkan wisata sungai di Surabaya harus kita sesuaikan kondisi jembatan tersebut," terang Fikser.
Perbedaan itu membuat wisata sungai di Surabaya tidak mesti sama seperti di Bangkok. Harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di Surabaya.
Salah satu upaya untuk mewujudkan wisata sungai tersebut kini sedang dibangun pintu air yang posisinya berada di utara Jembatan Petekan.
Pintu air di kawasan Surabaya utara ini untuk mengatur kondisi pasang surut air laut sehingga ketika posisi air laut surut, Sungai Kalimas tidak ikut surut hingga perahu atau kapal pun masih bisa berlayar.
Sebaliknya, ketika air laut pasang, Sungai Kalimas juga tidak dipenuhi air laut yang membuat posisi air mendekati jembatan. Kondisi ini tidak memungkinkan dilewati perahu wisata.
Terkait pengelolaan Sungai Kalimas, Fikser mengakui melibatkan banyak pihak, di antaranya Balai Besar Sungai Brantas, dan Perum Jasa Tirta.
Untuk itu, Fikser berharap semua pihak bisa mendukung pengembangan pariwisata dan transportasi air Sungai Kalimas.
Baca juga:
Rekomendasi Wisata Air Kediri, Berenang Gratis Menikmati Kesegaran Sumber Ngadiloyo
"Itu sebabnya, kami terus berupaya mengelola Kalimas untuk wisata air Surabaya. Alasannya, wisata air ini bakal membawa manfaat banyak bagi masyarakat Surabaya. Bahkan, untungnya bukan untuk pemerintah kota saja, tapi masyarakat. Kita harapkan bisa saling bersinergi dengan semua pihak terkait," tegasnya.
Di Thailand Tak Boleh Merokok Sembarang Tempat
Di tempat fasilitas umum dan jalan raya nyaris tidak di temukan masyarakat merokok. Masyarakat Thailand patuh dan menghindari merokok di sembarang tempat. Mereka hanya bisa merokok di tempat tersembunyi atau di tempat-tempat yang terdapat asbak rokok yang telah disediakan.
Karena jika dilanggar, merokok di sembarang tempat akan berurusan dengan polisi dan akan didenda 2000 Baht Thailand atau sekitar Rp 1 juta.
Dampak dari aturan Pemerintah Kerajaan Thailand tersebut, membuat jalan-jalan dan fasilitas umum di Kota Bangkok tidak ditemukan puntung rokok.
Tegaknya aturan tersebut juga yang membuat Pemkot Surabaya melakukan study banding ke Bangkok Thailand agar bisa menerapkan perda larangan merokok di tempat umum.
Kadis Kominfo Surabaya, M Fikser menyebut keberhasilan negara tersebut dipelajari untuk diterapkan. Padahal Surabaya mempunyai perda larangan merokok di tempat umum, namun masih ada warga Surabaya yang melanggarnya.
"Kita punya Perda namun belum bisa di terapkan secara utuh, karena banyak faktor. Kalau di Thailand kan negara kerajaan tentunya lebih absolud," jelas Fikser saat mengunjungi Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok.
Deputi Bidang Ekonomi KBRI di Bangkok, Lingga Setiawan menjelaskan di negara Thailand penerapan anti rokok dipatuhi oleh masyarakat.
Hanya tempat tertentu yang bisa merokok selebihnya dilarang. Karena jika ada yang melanggar hukumannya denda dan kurungan.
"Di sini tidak ada yang berani merokok di sembarang tempat jika tidak mau berurusan dengan polisi," jelas Lingga Setiawan di KBRI Bangkok.