jatimnow.com - DPD Partai Golkar Surabaya memberikan sinyal tidak akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan (PDIP) dan lebih memilih berkoalisi dengan partai politik lain untuk menyiapkan kejutan di Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya tahun ini.
"Kita sudah berkomunikasi dengan partai politik lainnya non-PDIP. Karena secara normatif, PDIP bisa mengusung sendiri kadernya tanpa berkoalisi," kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD Partai Golkar Surabaya, Arif Fathoni saat dihubungi jatimnow.com, Jumat (17/1/2020).
PDI Perjuangan memiliki 15 kursi di DPRD Surabaya, sedangkan Golkar hanya 5 kursi. PDI Perjuangan sudah melebihi batas kursi untuk mengusung Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, yaitu sebanyak 10 kursi.
Thoni menambahkan, Golkar menginginkan koalisi yang sederajat dengan partai lainnya.
"Kita pingin koalisi yang sejajar, koalisi yang sederajat, sehingga pembagian tugas pemenangan ke depan dan pengawalan pembangunan kalau Tuhan meridhoi, itu menjadi enak," ujarnya.
"Koalisi juga tidak bisa dinilai dengan jumlah kursi. Artinya, kesepahaman itu berbasis dengan hasil elektoral dalam pemilu sebelumnya," tambah Thoni.
Thoni menyebut bila hubungan dengan PDI Perjuangan tetap cair. Karena menurutnya, komunikasi politik itu seni dalam keniscayaan. Namun, Thoni enggan membeberkan akan menjalin koalisi dengan partai apa dalam menghadapi Pilwali Surabaya.
"Ada beberapa partai yang sudah. Jadi kita pakai plan A dan plan B. Plan A-nya koalisi dengan partai ini dengan kesepahaman seperti ini. Atau kita berkoalisi dengan partai ini, yang penting adalah syarat dukungan minimal terpenuhi," jelasnya.
Baca juga:
Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji
Ia menerangkan, pengurus dan kader Partai Golkar sepakat bahwa momen pemilihan kepala daerah adalah momen konsolidasi partai. Dan bagaimana partai memanaskan mesin politik untuk mengantarkan calon yang direkom Golkar, memenangkan kontestasi di Pilwali Surabaya.
Masih kata Thoni, sudah tiga bulan terakhir ini DPD Partai Golkar Surabaya memanasi mesin politik, melakukan konsolidasi kekuatan partai mulai dari tingkat pimpinan kelurahan sampai kecamatan.
"Kita aktif melakukan konsolidasi, memberikan pemahaman kepada jejaring partai, bagaimana tekad kita dalam menyongsong pemilukada ini bahwa saatnya Golkar punya pemimpin di Surabaya. Semangat kita gelorakan ke basis partai tingkat kelurahan, kecamatan. Tiga bulan ini kita aktif melakukan konsolidasi dan evaluasi mesin partai," bebernya.
Selain memanasi mesin partai, lanjut Toni, sudah ada beberapa nama yang dibidik dan dilakukan komunikasi. Ada tiga nama tokoh yang terjaring dalam seleksi calon wali kota oleh Golkar. Dari ketiga nama itu, salah satunya adalah Wakil Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur KH Zahrul Azhar Asad atau Gus Hans.
Baca juga:
Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak
"Gus Hans telah aktif bergerilya ke tengah-tengah masyarakat. Nah, tentu calon kita berikan kesempatan untuk bergerilya. Sedangkan partai memanaskan mesin politiknya. Karena semangatnya tadi, 2020 Golkar berharap punya pemimpin di Surabaya. Nah, berjalan secara linier, tidak kemudian kita sibuk komunikasi sama calon, tetapi mesin partai tidak disiapkan untuk berkontestasi. Inilah kemudian menjadi strategi Partai Golkar dalam menyongsong Pilwali Surabaya," sambung Thoni.
"Kalau (cawali) nonkader tidak bisa kita sebutkan. Biar menjadi kejutan," tambah dia.
Ketiga nama Bakal Calon Wali Kota Surabaya itu sudah diserahkan ke DPD Partai Golkar Jawa Timur sejak Desember 2019. Dari tingkat provinsi, akan diteruskan hingga ke DPP. Namun, Thoni mengaku belum tahu, kapan rekomendari dari DPP Partai Golkar itu turun.
"Itu menjadi kebijakan DPP Partai Golkar. Prinsipnya DPD Partai Golkar Surabaya begitu rekomendasi itu turun, infrastruktur partai sudah siap tinggal kita jalan dan tidak melakukan warming up (pemanasan) lagi," tandasnya.
URL : https://jatimnow.com/baca-23083-golkar-kirim-sinyal-tak-berkoalisi-dengan-pdip-di-pilwali-surabaya