Pixel Codejatimnow.com

"Membangun Wisata Kota Tua Tidak Hanya Pengecatan Bangunannya Saja"

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Budi Sugiharto
Semarak wisata sungai di Surabaya (Foto-foto: Budi Sugiharto)
Semarak wisata sungai di Surabaya (Foto-foto: Budi Sugiharto)

jatimnow.com - Pembangunan wisata kota tua di Surabaya diharapkan tidak melupakan moda transportasi sungai.

Dewan Pembina Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS) PW Jatim, Ali Yusa berharap pembangunan kota tua di Surabaya wajib menyertakan moda transportasi sungai.

"Sudah seharusnya pengembangan kota tua di Surabaya menonjolkan kota tua "waterfront" nya yang tidak di miliki di wilayah manapun di Asia," tegasnya pada jatimnow.com, Kamis (12/3/2020).

Pria yang juga menjadi Pengurus Forum Maritim Jatim itu menyebut jika wisata kota tua di Indonesia cukup banyak. Dimulai oleh Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia khususnya di Jawa dan Sumatera.

Wisata air Kalimas di Surabaya

"Namun seringkali penonjolan wisata kota tua hanya menonjolkan bangunan tuanya saja, tanpa ada upaya merevitalisasi aktivitas nya di daerah tersebut. Bahkan terkadang rebuild kota tua acap kali hanya sebatas pengecatan bangunannya," terang Ali Yusa.

Menurut Dewan Pembina DPD Pelayaran Rakyat (Pelra) Jatim itu, Kota Pahlawan merupakan salah satu kota yang memiliki peninggalan sejarah yang luar biasa dan hingga kini aktivitas ekonomi masih tetap berada di kawasan wilayah "tua".

Baca juga:
8 Destinasi Wisata di Tuban Ini Cocok Dikunjungi Bersama Rekan dan Keluarga

"Upaya bangkit ekonomi pun acap kali digelar awal Tahun 2000, ada jajanan di Jembatan Merah. Di era kepemimpinan Ibu Risma, mlaku-mlaku nang Tunjungan juga menjadi bagian bangkitan ekonomi dan sejarah masa itu," paparnya.

Salah satu destinasi wisata kota tua di Surabaya

Namun yang luput diperhatikan adalah kesejarahan bahwa Surabaya dibangun menjadi kota waterfront pertama di luar Eropa layaknya Amsterdam dan Venezia. Seperti di Pasar Keputran dan Pasar Pabean yang dibangun akhir Tahun 1790 an.

Baca juga:
Rekomendasi Wisata Air Kediri, Berenang Gratis Menikmati Kesegaran Sumber Ngadiloyo

"Mereka terkoneksikan dengan sangat baik meski saat itu belum ada moda transportasi darat yang memadai namun transportasi sungainya sangat luar biasa tidak pengaruh pasang surut sungai," jelasnya.

"Tahun 1830, pemerintah Belanda telah membangun kanal lock di sli (pintu air) Gubeng yang secara sistem kelak digunakan di Terusan Suez," tambah Ali Yusa yang juga menjabat sebagai Kajur Teknik Perkapalan Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) itu.