Pixel Codejatimnow.com

PSBB Hari ke 10, Sidoarjo-Gresik Dinilai Lebih Berhasil dari Surabaya

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Jajeli Rois
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penangan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuadi
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penangan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuadi

jatimnow.com - Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya dinilai harus lebih agresif. Sedangkan Kabupaten Sidoarjo dan Gresik mendapatkan pujian dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penangan Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuadi menerangkan, dari tiga daerah yang menerapkan PSBB tersebut, tren pasien terkonfirmasi positif di Surabaya masih terus tercatat naik.

"Penambahan positif setiap hari masih naik day by day (hari per hari). PDP (pasien dalam pengawasan) naik, terkonfirmasi positif naik. Jadi saya kira perlu gerakan upaya agresif di Surabaya," ujar dr Joni Wahyuadi saat jumpa pers dengan Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak serta Tim Gugus Tugas Covid-19 Jatim lainnya di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Kamis (7/5/2020).

dr Joni menerangkan, Covid-19 di Surabaya sangat infeksius, sangat menular. Hasil evaluasi dari kasus konfirmasi di tiga daerah masih naik terus. Surabaya yang paling tinggi diikuti Kabupaten Sidoarjo dan Gresik.

"PDP pasien dirawat untuk Surabaya, Sidoarjo dan Gresik sudah mulai turun. Trennya di Sidoarjo dan Gresik menggemberikan, cuman trennya masih kalah dengan juaranya Surabaya yang trennya masih naik. Ini masih perlu fokus pasien perlu perawatan," tuturnya.

dr Joni yang juga Direktur Utama RSU dr Seotomo ini menambahkan, di Gresik dan Sidoarjo pasien dalam perawatan (PDP) turun dan orang dalam pemantauan (ODP) naik. Sehingga bisa diartikan pemantauan yang dilakukan kedua daerah itu cukup bagus.

"Di Surabaya terbalik. ODP turun, hasil kegiatannya turun, PDP-nya naik, konfirmasinya naik. Jadi perlu upaya yang lebih agresif lagi di Surabaya," tegasnya.

Baca juga:
Muncul Lagi Subvarian Omicron Baru BA.2.75

Angka kematian karena Virus Corona di tiga daerah yang menerapkan PSBB juga masih tinggi.

"Kematian memang ekstrem di Surabaya, naiknya paling tinggi diikuti Sidoarjo dan Gresik. Kematian sama-sama naik ini menjadi perhatian kita semua. Konfirmasinya naik semua, kematiannya naik semua, PDP-nya dua kota (Sidoarjo dan Gresik) sudah flat atau bahkan menurun. Ini artinya grafik penularannya (di Surabaya) sangat tinggi," papar dr Joni.

Dia menambahkan, penerapan PSBB tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Dan apa yang disampaikannya tentang perkembangan update persebaran dan penanganan Covid-19 tidak ada kaitannya dengan unsur politis.

Baca juga:
Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Naik Hingga 620 Persen

"Memang PSBB tidak mungkin pemerintah berjalan sendiri, mestinya bareng-bareng menggerakkan rakyatnya melakukan phsyical distancing, sosial distancing, mengenakan APD seperti masker, cuci tangan yang bersih. Anda bisa lihat sendiri bagaimana di Surabaya, saya nggak perlu cerita," terangnya.

Ia juga menyebut, kasus di Sidoarjo dan Gresik memang lebih sedikit dibandingkan dengan Surabaya. Upaya di kedua daerah tersebut lebih berhasil dibandingkan dengan Surabaya.

"Surabaya naiknya tinggi. Upayanya harus lebih tinggi dibandingkan dengan Sidoarjo. Mohon maaf ini kajian ilmiah dan tidak ada kaitannya dengan politis," tandas dr Joni.