jatimnow.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dinilai tidak etis membawa pasien yang terpapar Virus Corona (Covid-19) ke rumah sakit umum (RSU) dr Soetomo.
Pasalnya, tidak ada koordinasi yang baik dan meninggalkan pasien Covid di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) begitu saja.
"Jadi tidak etis kalau pasien dibawa ke IGD, langsung ditaruh terus ditinggal begitu di situ. Itu menyalahi aturan PMK (Peraturan Menteri Kesehatan) Rujukan Nomor 01 Tahun 2012, juga secara etika tidak baik," kata Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo, dr Joni Wahyuadi saat jumpa pers update persebaran Covid-19 di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Minggu (17/5/2020) malam.
Yang disampaikan dr Joni itu menyikapi viral foto tentang kertas pengumuman yang tertempel di pintu bahwa IGD RSU dr Soetomo tidak menerima pasien karena masih ada 35 pasien Covid-19 di ruang gawat darurat, pada Minggu pagi.
"Pagi-pagi kami mendapatkan banyak masukan dari kawan-kawan. Kemudian kami evaluasi ke rumah sakit, ternyata memang hampir semua rumah sakit di Surabaya ini semuanya saling komunikasi. Kita para direkturnya terus komunikasi bagaimana memberika layanan yang terbaik," tuturnya.
dr Joni yang juga Ketua Rumpun Gugus Tugas Kuratif Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur menceritakan, tentang kejadian kedatangan banyaknya pasien dengan Covid yang sebagian besar dikirim oleh petugas dari Pemerintah Kota Surabaya.
"Jadi ada fenomena menarik tentang sistem rujukan. Jadi tadi malam yang terjadi di dr Soetomo saja yang saya tahu persis, itu terjadi kedatangan pasien dengan Covid yang cukup banyak. Sampai pagi itu masih tersisa 34 sampai 35 pasien (karena yang satu pasien sudah dimasukkan ke buffer) pasien di IGD," katanya.
Petugas command center 112 Kota Surabaya yang membawa pasien Covid juga tidak ada koordinasi dengan pihak RSU dr Soetomo.
"Ada yang datang sendiri dan sebagian dibawa oleh tim dari KMS 112 (command center 112 Pemerintah Kota Surabaya). Membawa pasien itu tidak ada komunikasi dulu dengan call center di Soetomo, sehingga pasiennya dibawa begitu saja, terus kemudian ditaruh di IGD terus ditinggal," paparnya.
Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo, dr Joni Wahyuadi
"Jadi seperti itu akan menyebabkan petugas (perawat, dokter, tenaga medis, tenaga kesehatan) itu agak kerepotan menempatkan di mana supaya tidak menular ke tempat lain. Kemudian mengatur sampai pagi akhirnya pada saat dilakukan disinfeksi IGD-nya itu sekitar jam 8 sampai jam setengah sembilan pagi, itu pasiennya masih menumpuk 35-an di situ. Akhirnya kawan-kawan di IGD itu minta jeda waktu. Mereka menulis di kaca itu tulisannya perawat," tambahnya.
Baca juga:
Balita asal Surabaya Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut
dr Joni tidak mengetahui siapa yang memotret kertas pengumuman yang ditempelkan di pintu dan dishare hingga menjadi viral.
"Saya tidak tahu siapa yang moto (memotret) kemudian nge-share ke mana-mana, sampai saya juga lapor ke Ibu Gubernur. Saya juga dapat WA (WhatsApp) dari banyak media, dikira IGD-nya tutup. Padahal ini jeda waktu untuk melakukan evakuasi dan disinfeksi ruangannya. Karena kalau nggak didisinfeksi nanti yang datang belakangnya akan ketularan," terangnya.
Ia mengakui, kedatangan pasien Covid dari petugas Pemkot Surabaya itu membuat kalang kabut tenaga medis.
Juga membuat pasien akut yang dirawat di IGD harus diungsikan ke tempat lain yang aman dan memberikan ruangan tersebut untuk pasien Covid-19.
"Jadi kami istilahnya kegeruduk banyak sekali tadi malam, akhirnya membuka ruangan yang seharusnya untuk pasien akut. Karena pasien akut sekarang nggak banyak, pasien akut kita pindah dulu. Evakuasi dulu dari pagi setelah dilakukan disinfeksi baru dimasukkan pasien dari IGD. Makanya kawan-kawan dari perawat minta waktu," terangnya.
dr Joni mendoakan orang yang memotret dan mengshare foto tersebut hingga viral mendapatkan kesehatan dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Baca juga:
Armudji Dikabarkan Tutup Usia, PDIP: Hoax
"Yang kedua, mohon kalau ada hal seperti ini coba lah kalau sebelum dishare ditanya, kenapa ada tulisan itu, jadi tabayun. Dicek di sana, di sana ada orang banyak," katanya.
Ia meminta jika ada pemindahan pasien diharapkan berkomunikasi lewat layanan cal center RSU dr Soetomo. Katanya, ada 4 nomor yang bisa dihubungi yakni ada call center, ada screnning center, ada Covid-19 Screnning Center.
"Semuanya rumah sakit sudah tahu. 112 programnya KMS (Kota Madya Surabaya) juga sudah tahu. Kalau susah, langsung menghubungi direkturnya juga nggak apa-apa," katanya.
dr Joni menegaskan kembali, tidak etis kalau pasien yang dibawa ke UGD langsung diletakkan begitu saja, ditinggal begitu saja. Hal itu menyalahi Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 01 tahun 2012 tentang rujukan pasien.
"Secara etika tidak baik. Mungkin ini nanti bisa menjadi masukan. Ya memang sulit kondisinya (sekarang ini). Tapi mari kita tetap berada di dalam standar," jelasnya.