Pixel Codejatimnow.com

Para Pegiat Seni Jaranan Banyuwangi Melepas Kangen Tampil di Hajatan

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Rony Subhan
Para pegiat seni jaranan Banyuwangi saat tampil di sebuah acara hajatan
Para pegiat seni jaranan Banyuwangi saat tampil di sebuah acara hajatan

jatimnow.com - Para pelaku kesenian jaranan atau kuda lumping di Banyuwangi tampil cukup puas meski hanya empat jam. Mereka melepas kangen dengan berekspresi di acara hajatan di Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Minggu (1/11/2020).

Agus Samir (41), salah satu pemilik seni jaranan barong kumbo dan barong keblak mengatakan, meski pertunjukan hanya empat jam, mereka tetap menyediakan peras berupa sesajen. Sebab menurutnya, barong-barong yang mereka buat semua memiliki khodam.

Menurut Agus, jaranan atau kuda lumping adalah seni tari yang bisa dibilang cukup ekstrem. Terkadang tubuh penarinya harus rela disusupi makhluk gaib.

Agus menambahkan, hampir satu tahun kesenian jaranan miliknya tak pentas akibat Pandemi Covid-19. Dan saat ini mereka bisa tampil dengan menerapkan protokol kesehatan.

"Hampir satu tahun tidak pernah tampil. Bukan uang saja yang tidak kita dapatkan, tetapi pelaku seni kita sudah kangen bawa barong," tambah Agus di lokasi.

Salah satu penonton seni jaranan di Banyuwangi kesurupanSalah satu penonton seni jaranan di Banyuwangi kesurupan

Baca juga:
Mas Dhito Keliling Desa di Kras Kediri Lihat Warga Latihan Jaranan

Jaranan di Banyuwangi identik dengan barong. Sekilas mirip barong asal Bali, tetapi tak sama. Selain suara gamelan yang rancak, barong mempunyai ciri khas tersendiri.

"Di Banyuwangi, barong bermakna petua hidup seperti halnya di Pulau Bali, barong di sini punya sejarah dan arti kehidupan. Itu semua dari nenek moyang kita," terang Agus.

Di sekitar lokasi pertunjukan, sebagian penonton banyak yang kesurupan. Mereka adalah komunitas pecinta jaranan, yang tidak hanya datang dari lingkungan desa, tapi juga dari luar desa.

Baca juga:
Serunya Ngabuburit Nonton Barong Osing di Pasar Benculuk, Banyuwangi

"Saya datang dari luar desa, ke sini hanya ingin melepas kerinduan melihat budaya leluhur jaranan barong," tutur Jaini (38), salah satu penonton.

Hampir semua penonton memakai masker dan juga berusaha menjaga jarak. Sampai acara selesai banyak penonton yang masih kesurupan dan belum bisa sadar.