Pixel Codejatimnow.com

Risma Disebut Main Ala Drama Korea dan Pura-pura Jadi Korban Terzalimi

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Jajeli Rois
Kader PDIP, Jagad Hariseno (Foto: Dok. jatimnow.com)
Kader PDIP, Jagad Hariseno (Foto: Dok. jatimnow.com)

jatimnow.com - Kakak kandung Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, Jagad Hariseno menanggapi video viral yel-yel 'Hancurkan Risma' yang diteriakkan Banteng Ketaton atau kader-kader PDI Perjuangan (PDIP) yang tersakiti.

Melalui rekaman suara berdurasi 2 menit 50 detik yang beredar, Seno menyebut bahwa Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) bermain ala drama Korea dan pura-pura menjadi korban yang terzalimi.

Putra sulung tokoh PDIP, almarhum Soetjipto (Pak Tjip) itu juga menyinggug putra Risma, Fuad Benardi serta Calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi-Armudji.

"Memang itu rekaman suara saya. Monggo dikutip," ujar Seno saat dikonfirmasi jatimnow.com, Sabtu (28/11/2020).

Berikut isi rekaman suara Jagad Hariseno:

Mendengar kembali yel-yel yang diterikan dengan lantang penuh semangat dan riang gembira, mengingatkan kembali ketika banteng-banteng Kota Surabaya dengan gigih melawan kekuatan oligarki Orde Baru, dengan mengibarkan panji-panji PDI Perjuangan Kota Surabaya.

Risma yang memanfaatkan posisi jabatannya, berhasil menyingkirkan siapa pun yang tidak mau nurut dan tunduk kepadanya. Meskipun itu pegawai kontrak, tetap disingkirkan dengan hati yang dingin.

Bahkan ada ASN (aparatur sipil negara) yang dinonjobkan, karena diduga tidak mau menurut pada kepentinga Risma.

Risma bersama Eri-Armudji dan Fuad putra Risma, yang telah membangun oligarki politik untuk menguasai PDI Perjuangan Kota Surabaya, sekarang memainkan drama politik ala Drama Korea.

Berpura-pura menjadi korban yang terdzalimi. Bahkan menggerakan segelintir orang yang meneriakkan kata-kata kasar dan kotor. Berdemo untuk membela Risma yang seolah-olah terdzalimi.

Baca juga:
Kakak Whisnu Sakti Bongkar Dugaan Skenario Risma Kuasai PDIP

Risma juga memerintahkan Lurah-Lurah, Camat-Camat untuk ikut memasang spanduk Bela Risma, agar Risma terdzalimi lebih tampak menyakinkan dan jelas-jelas mengabaikan prinsip netralitas ASN.

Siapa yang mendzalimi Risma. Apakah pegawai kontrak yang dipecat itu, mendzalimi Risma.

Apakah ASN yang dimaki-maki dengan kata-kata kasar dan merendahkan dan yang dinonjob, itu yang mendzalimi Risma.

Apakah aparat pemerintah kota Surabaya yang diperintah memasang baliho Bela Risma dengan mengabaikan netralitas ASN, itu yang mendzalimi Risma.

Apakah Whisnu Sakti Buana yang sudah diperlakukan dengan tidak manusiawi, itu yang mendzalimi Risma.

Baca juga:
Kakak Whisnu Sebut Risma Pemecah Belah PDIP Surabaya

Saya Jagad Hari Seno, anggota PDI Perjuangan Kota Surabaya, kembali mengajak saudara-saudara, kawan-kawan seperjuangan yang masih setia kepada sejarah perjuangan partai PDI Perjuangan Kota Surabaya, untuk merapatkan barisan.

Jangan terpedaya tipu muslihat yang keji dan hitam. Jangan anggap enteng Risma. Bahu-membahu kita tabuh genderang perang, lawan kembali oligarki politik, oligarki Risma.

Lawan Risma. Lawan Eri-Armudji. Karena kekalahan Risma, kekalahan Eri-Armudji adalah kememangan PDI Perjuangan. Kemenangan Ibu Megawati Soekarnoputri. Kemenangan sejarah PDI Perjuangan Kota Surabaya. Merdeka.