Pixel Codejatimnow.com

Pandemi Covid-19

Geliat Bisnis Tanaman Hias Kota Batu hingga Tembus Pasar Luar Negeri

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Achmad Titan
Pedagang tanaman hias di Kota Batu
Pedagang tanaman hias di Kota Batu

jatimnow.com - Bisnis tanaman hias di Kota Batu berkibar di tengah Pandemi Covid-19. Baik petani atau pedagang dapat meraih keuntungan hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya. .

Banyaknya permintaan dari dalam negeri maupun luar negeri membuat harga tanaman pun berubah. Tak pelak minimal keuntungan Rp 10 juta hingga Rp 30 juta pun bisa mereka kantongi.

"Bukan naik harganya. Kalau naik misal dari harga Rp 10 ribu jadi Rp 12-20 ribu, tapi ini meningkat mencapai 500 persen atau yang harga Rp 10 ribu jadi Rp 50 ribu bahkan ada juga beberapa jenis yang menyentuh harga Rp 100 ribu," jelas salah satu petani tanaman hias di Sentra Tanaman Hias, Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Mochamad Setiawan Putra, Sabtu (12/12/2020).

Imbas dari perubahan harga membuat petani atau pedagang untung berkali-kali lipat. Putra pun menambahkan, bukan hanya satu atau dua jenis saja yang naik, tapi semua jenis tanaman hias.

Terutama beberapa jenis anthurium spesies seperti veitchii, faustomirandae, selendang, dan sebagainya. Lalu kuping gajah misalnya lidah gajah, karet, buta dan lainnya.

Kemudian jenis philodendron misalnya monstera, kabel busi, janda bolong, sudiroi, melano, florida ghost, dan banyak lagi. Selanjutnya jenis sansevieira trifasciata contohnya california, golden wendys, green mould variegata, dan lain-lain.

Baca juga:
4 Tips Memanfaatkan Tangga Lipat yang Sudah Tidak Dipakai

Apalagi tanaman tersebut variegata atau memiliki kelainan pigmen warna daun yang semula hijau biasa ada corak warna putih atau kuningnya. Harga bisa naik mencapai 50 kali lipat untuk semua jenis.

"Contohnya monstera variegata putih per daun bisa Rp 5 juta. Kalau variegatanya warna kuning per daun bisa sampai Rp 10 juta. Ada juga janda bolong variegata perdaun bisa mencapai Rp 20-30 juta," terangnya kembali.

Semua tanaman itu berubah harganya disebabkan stok semakin menipis di Kota Batu, bahkan di Indonesia. Hukum dagang pun berlaku, saat banyak permintaan stok barang menipis harga pun naik tajam.

Baca juga:
Omzet Pedagang Tanaman Hias Lamongan Turun, Terdampak Cuaca Panas

Putra mengaku optimis harga tak mungkin bisa turun karena semua tanaman itu dikirim ke mancanegara seperti Amerika, Kanada, Eropa, Jepang, dan banyak negara lainnya. 

"Untuk pemasaran gak bingung selain memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Instagram, jejaring pertemanan juga sangat berpengaruh dalam penjualan. Kadang pembeli mendatangi tempat saya secara langsung. Kalau eksport melalui teman di Jakarta, kendala kita tidak memiliki izin. Bila ada izin petani di Kota Batu dipastikan bisa mendapat untung berkali-kali lipat," tandasnya.