Pixel Code jatimnow.com

Kisah Pengrajin Batok Kelapa Pasarkan Karyanya hingga Luar Negeri

Editor : Sandhi Nurhartanto   Reporter : Mita Kusuma

jatimnow.com - Pito Cahyono, asal Desa Carat, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo memanfaatkan batok kelapa menjadi perabot rumah tangga.

Berbagai karya dihasilkan dari keahliannya membentuk batok kelapa menjadi mangkok, cangkir, lepek, sendok, dan berbagai hiasan rumah tangga lainnya.

"Sekarang saya jadikan pot hias gantung sebagai wadah tanaman hias seperti skulen dan tanaman hias lainnya," kata pria yang akrab dipanggil Yono itu, Sabtu (2/1/2021).

Ia menyebut, batok kelapa diambil dari kelapa yang utuh agar dapat diketahui kondisinya yang masih bagus dan dapat dibentuk menjadi alat rumah tangga.

Selain produksi hiasan rumah tangga, untuk daging kelapanya diambil untuk diolah lagi menjadi minyak kelapa. Sedangkan sabut kelapanya dijadikan kayu bakar untuk mengolah minyak.

"Tidak ada yang terbuang dari kelapa," jelasnya.

Untuk membuat kerajinan dari batok kelapa ini menurutnya tidaklah sulit. Hanya perlu ketelatenan dan kreatifitas.

Di saat booming batu akik, ia pernah diminta untuk membuat 'emban' (cincin) batu akik dari batok kelapa.

"Kalau saat ini yang lagi ramai adalah pot bunga dan cangkir dari batok," sebutnya.

Baca juga:
Laskar Kamil, Bantahan Ketua KPU Sidoarjo, Dana BOS SMK 2 PGRI Ponorogo

Selain membuat kreasi untuk barang kebutuhan rumah tangga, ia juga mengaku menerima pesanan apapun dari batok kelapa yang akan dijadikan sebagai hadiah.

Disebutkannya, pesanan tidak hanya dari Indonesia namun kerajinan batok kelapa miliknya telah merambah luar negeri seperti Taiwan dan Hongkong.

"Awalnya ada teman buruh migran membawa untuk oleh-oleh majikannya. Selanjutnya majikannya meminta untuk dibuatkan lagi," ujar Yono.

Menurutnya pesanan dari luar negeri itu membuat produknya terjual hingga dua kali lipat. Untuk satu set mangkok yang ia jual hanya Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu dan satu set cangkir dengan lepeknya dan tutupnya seharga Rp 40 ribu semakin laris di pasaran.

Baca juga:
Tanah Longsor Tutup Akses Jalan Madiun ke Telaga Ngebel Ponorogo

"Mereka berani bayar lebih. Yang Rp 10 ribu dibeli Rp 20 ribu," terang dia.

Ia juga banyak menerima pesanan dari pedagang makanan untuk dibuatkan mangkok dari batok kelapa, seperti pedagang soto dan dawet.

"Kalau saat ini yang booming pot gantung dengan motif batik, saya hargai Rp 30 ribu dengan talinya," pungkas Yono.